MAKALAH
UJIAN
AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, MA.
Oleh:
Nama :
Rofi Amaludin, S.Pd.
NIM :
15709251001
Kelas :
P.Mat B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
MEMPERSIAPKAN BEKAL MENUJU KAMPUNG AKHIRAT
DALAM PANDANGAN FILSAFAT ISLAM
Allah
swt menciptakan manusia didunia ini tidaklah sia-sia dan pasti mempunyai
tujuan. Tujuan kita hidup didunia ini bukan hanya untuk makan dan minum, akan
tetapi lebih daripada itu. Apabila memang itu tujuan hidup kita, maka alangkah
remehnya hidup ini. Lalu apa bedanya antara kita dengan hewan dan orang-orang
kafir. Tujuan hidup mereka didunia ini hanya untuk makan, minum, dan bersenang-senang
saja. Tujuan kita diciptakan didunia adalah supaya beribadah kepada Allah swt,
menahan keinginan hawa nafsu dan syetan serta mempersiapkan bekal
sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat kelak sebelum ajal menjemput kita.
Dalam hal ini, yang harus direnungkan kembali yaitu bahwa waktu yang telah kita
lalui dalam kehidupan kita yang tidak digunakan dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya maka nantinya kita akan
menyesal yaitu pada waktu hari kiamat telah tiba. Namun masalah besar yang sedang
dihadapi oleh setiap muslim bahkan setiap manusia dalam kehidupan ini yaitu
kehidupan mereka tidak selama-lamanya, tetapi terbatas waktu hanya untuk
beberapa tahun saja. Maka, untuk itulah setiap manusia harus pintar-pintar
dalam menggunakan waktu yang sebentar ini untuk memperoleh ridho dari Allah
swt. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik untuk mengisi umur dan
waktu yang singkat ini.
Kita
diciptakan oleh Allah swt bukan semata-mata untuk hidup di dunia ini dan bukan
pula hanya untuk sekedar bersenang-senang apalagi hanya untuk berfoya-foya
memenuhi setiap keinginan hawa nafsu kita. Akan tetapi kita diciptakan oleh
Allah swt untuk beribadah hanya kepada Allah swt. Allah swt berfirman dalam
al-Qur’an: ‘’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
beribadah kepada-Ku’’. Kita diciptakan oleh Allah swt untuk suatu tujuan yang
besar dan sangat mulia karena Allah swt ingin memuliakan hamba-hambaNya. Allah swt tidak membutuhkan ibadah kita sedikitpun,
akan tetapi semua ibadah yang Allah swt perintahkan kepada kita adalah untuk
kebaikan diri kita sendiri. Karena tujuan yang mulia inilah, maka Allah swt telah
mengutus kepada kita seorang Nabi yang merupakan penutup seluruh para Nabi
yaitu Nabi kita Nabi Muhammad saw. Maka dari itu,
barangsiapa yang ingin mendapatkan kemuliaan dari Allah swt didunia maupun diakhirat
dan selamat dari siksaNya dan mendapatkan surgaNya, maka tidak ada cara lain
yaitu dengan beribadah hanya kepada Allah swt dan mengikuti petunjuk Rasulullah
saw. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa Allah swt telah menjadikan sebab dari
kebahagiaan seseorang didunia maupun diakhirat yaitu dengan mentaati Allah swt dan
Rasulullah saw. Namun sebaliknya Allah swt menjadikan kebinasaan seseorang
didunia maupun diakhirat yaitu karena bermaksiat kepada Allah swt dan
Rasulullah saw. Oleh karena itu, maka marilah kita berusaha untuk meraih janji-janji
Allah swt untuk mendapatkan berbagai macam kenikmatan di surgaNya dan dijauhkan
dari siksa nerakaNya yaitu dengan mengisi kesempatan hidup di dunia ini dengan
beribadah hanya kepada Allah swt dan mengikuti petunjuk Rasulullah saw.
Kehidupan didunia ini merupakan suatu perjalanan yang singkat
yang menghantarkan manusia kepada kehidupan yang sesungguhnya yaitu kehidupan akhirat.
Dunia ini merupakan tempat beramal dan akhirat kelak yaitu tempat pembalasan
atas semua yang kita lakukan selama hidup didunia. Maka dari itu janganlah
kehidupan dunia ini membuat kita lalai dan lupa kepada kehidupan akhirat. Sehingga
gunakanlah nikmat yang Allah swt telah berikan kepada kita didunia ini untuk
memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya diakhirat kelak. Sesungguhnya semua karunia
Allah swt baik yang ada dilangit maupun yang ada dibumi, semua itu telah Allah swt
berikan kepada manusia sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Dan janganlah
kita menjadi orang-orang yang menyesal diakhirat kelak. Sudah menjadi kewajiban
seorang muslim untuk mempunyai kesadaran, yaitu kesadaran sebagai hamba Allah swt
dan kesadaran sebagai umat Nabi Muhammad saw. Namun, apabila kesadaran itu telah
hilang dari jiwa seorang muslim, maka semua amalan ibadahnya akan menjadi
sembrono, sehingga akibatnya amal ibadah kita akan sia-sia dan Allah swt tidak
akan memberikan ganjaran apapun terhadap amal ibadah kita dan yang kita peroleh
hanyalah dosa.
Hidup dizaman modern sekarang ini, banyak orang-orang yang
seharusnya sebagai hamba Allah swt akan tetapi banyak diantara mereka yang
memalingkan penghambaan kepada selain Allah
swt, yaitu kepada harta, wanita, dan dunia. Setiap hari, jam, menit dan detik, didalam
pikiran mereka hanya dipenuhi dengan berbagai macam permasalahan dunia, mencari
kenikmatan dan kepuasan dunia saja tanpa memperhatikan kenikmatan akhirat, dimana
kenikmatan akhirat itu lebih baik daripada kenikmatan yang ada didunia, bahkan kenikmatan
akhirat itu lebih kekal dan abadi. Allah swt menciptakan manusia bukan hanya untuk
menumpuk-numpuk harta benda, akan tetapi Allah swt menciptakan manusia dan jin
hanya untuk beribadah kepadaNya. Demikianlah seharusnya kaum muslimin selalu
menyadari atas statusnya yaitu sebagai hamba Allah swt. Maksud dari penghambaan
disini yaitu beribadah hanya kepada Allah swt dan tidak mnyekutukannya
sedikitpun dan tidak melakukan syirik dengan sesuatu apapun.
Kesadaran kita sebagai umat Rosulullah saw yaitu menyadari
bahwa semua amalan kita akan diterima oleh Allah swt yaitu dengan syarat harus sesuai
dengan tuntunan dari Rasulullah saw. Semua kaum muslimin dalam aktivitasnya
harus berpedoman kepada apa yang dibawa oleh Rasulullah saw baik dari ucapannya,
perbuatannya, maupun ketetapannya. Banyak dari kaum muslimin, yang menyalahi ajaran
Rasulullah saw dengan mengatakan dirinya Islam padahal jauh dari ajaran agama
Islam yang sesungguhnya. Kebanyakan dari mereka tidak memahami bahwa perbuatan
seperti itu akan menjadi ibadahnya tertolak karena tidak sesuai dengan tuntunan
Rasulullah saw. Semoga iman kita bisa tumbuh kokoh dan semoga kita semua dapat
meraih tujuan hidup hakiki yang tiada lain adalah ikhlas semata-mata untuk
Allah swt yang telah menciptakan kita. Karena hal ini adalah sebuah derajat
yang tinggi untuk seorang muslim agar bisa mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan
hidup didunia maupun diakhirat. Oleh karena itu, marilah bersama-sama kita menyadari
bahwa sangat banyak anugerah dan nikmat Allah swt yang dilimpahkan kepada kita,
baik yang berupa material maupun non-material yang kita gunakan dalam kehidupan
didunia ini. Karena begitu banyaknya sehingga tidak akan mampu kita menghitung-hitungnya.
Pada zaman sekarang ini, berbagai nikmat dan anugerah yang
diberikan Allah swt kepada hambaNya khususnya dinegara kita sangatlah banyak
dan melimpah. Kenikmatan yang tidak terhitung banyaknya, apalagi nikmat yang
secara umum diberikan kepada setiap orang. Sementara itu, manusia pada umumnya
melalaikan rasa syukurnya kepada Allah swt sebagai dzat yang telah memberikan
nikmat. Namun, sangat sedikit mereka yang mau mengingat nikmat dan mau
mensyukurinya. Allah swt telah melimpahkan berbagai macam nikmat kepada hambaNya
yang tidak bisa dijangkau oleh akal apalagi mensyukurinya. Karena itu wajib
bagi seorang hamba untuk mensyukuri nikmat Allah swt, mengetahui nilainya, dan
tidak meremehkannya. Umur adalah salah satu nikmat besar yang diberikan oleh
Allah swt kepada manusia. Allah swt tidak membeda-bedakan antara orang muslim
dan orang kafir dalam memberikan nikmat ini. Umur diberikan oleh oleh Allah swt
kepada manusia kepada manusia menurut ketentuannya masing-masing. Oleh karena
itulah Allah swt merahasiakan antara umur manusia yang satu dengan manusia yang
lain. Tidak ada seorang pun yang mengetahui sampai berapa umur seseorang
kecuali hanya Allah swt. Kita sebagai seorang muslim adalah umat terbaik yang
diciptakan oleh Allah swt. Maka, sebagai seorang muslim, kita harus
memanfaatkan umur ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam hidup ini kita harus bersyukur kepada Allah swt yang
telah memberikan nikmat kepada kita. Hakikat dari syukur yaitu menggunakan
nikmat tersebut pada sesuatu yang diridhoi oleh Allah swt. Sedangkan lawan dari
syukur adalah kufur, yaitu menyembunyikan dan melupakan nikmat Allah swt. Pada
hakikatnya semua bentuk kesyukuran kita itu haruslah ditujukan hanya kepada
Allah swt yaitu dzat yang memberi nikmat. Akan tetapi bukan berarti kita melupakan
dan tidak berterimakasih kepada orang yang telah menjadi perantara datangnya
nikmat tersebut. Maka, kita harus juga menyatakan rasa syukur dan terimakasih
kepada pihak yang sudah menjadi perantara datangnya nikmat Allah swt tersebut.
Allah swt juga memerintahkan kita untuk berterima kasih kepada kedua orangtua
kita yang telah menyebabkan kita terlahir dan hidup didunia ini. Perintah untuk
bersyukur kepada kedua orangtua adalah sebagai isyarat agar kita selalu bersyukur
kepada siapapun yang telah berjasa dan menjadi perantara terhadap datangnya nikmat
dan anugerah Allah swt. Maka dari itu, barang siapa yang tidak mau bersyukur
dan tidak mau berterimakasih kepada sesama manusia yang telah berjasa kepada
kita, maka artinya sama saja dia tidak bersyukur kepada Allah swt.
Allah swt tidak akan mengambil keuntungan sedikitpun dari
syukur hambaNya, sebagaimana Allah swt tidak akan rugi dan tidak akan berkurang
keagunganNya jika hambanya tidak mau bersyukur dan kufur terhadap semua nikmatNya.
Sikap syukur ini harus menjadi kepribadian kita sebagai kaum muslimin. Sikap
ini mengingatkan kita agar senatiasa berterima kasih kepada Allah swt dzat yang
memberikan nikmat dan senantiasa berterimakasih kepada orang yang menjadi
perantara datangnya nikmat tersebut. Dengan bersyukur maka seseorang akan ridho
kepada nikmat yang dia terima dengan tetap meningkatkan usaha dan ikhtiar untuk
mencapai nikmat yang lebih baik lagi. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga kita menjadi hamba yang
pandai bersyukur kepada Allah swt dan berterimakasih kepada orang yang telah
menjadi perantara terhadap nikmat yang kita terima.
Suatu hal
yang harus disadari oleh kita yaitu hidup ini tidak selalu berjalan mulus sesuai yang kita harapkan dan berbagai suka-duka selalu silih berganti melanda kita. Selalu ada kemenangan, ada kekalahan, dan ada air mata yang tumpah dikala kekalahan menerpa kita. Namun banyak juga diantara kita yang
menanggapinya dengan sikap yang berbeda-beda dalam meraih kesuksesan didunia maupun diakhirat. Ketika kita sedang berada dipuncak
kesuksesan dunia, maka seakan-akan itu semua merupakan hasil kerja kita sendiri
tanpa campur tangan Allah swt sehingga kita lupa kepada Allah swt yang telah memberikan
rezeki. Memang kita semua tidak menyukai kegagalan, akan tetapi bisa jadi kegagalan itu nanti malah menjadikan kebaikan buat kita. Sebaliknya kita mungkin sangat menyukai kesuksesan dan kekayaan, akan tetapi boleh jadi kesuksesan itu justru
malah berdampak buruk bagi kita dikemudian hari. Oleh karena itu, hanya kepada Allah swt saja sebaiknya semua itu kita kembalikan. Dikala kegagalan menerpa kita, maka yang harus kita lakukan adalah menguatkan niat dan tekad kembali agar meneruskan perjuangan. Akan
tetapi, ketika kesuksesan sudah ada dalam genggaman kita, maka yang harus
dilakukan adalah merendahkan diri di hadapan Allah swt dan meyadari bahwa
kesuksesan itu bukanlah hasil daripada jerih payah diri kita sendiri melainkan
nikmat dan anugerah dan dari Allah swt.
Sesungguhnya
kesuksesan itu merupakan ketenangan jiwa dan kegagalan itu merupakan kerisauan
hati. Sebuah kegagalan merupakan lazngkah awal menuju kesuksesan di masa
yang akan datang. Janganlah melihat keberhasilan, akan tetapi lihatlah
kegagalan yang dialami. Ketika kita mengalami kegagalan, maka teruslah bermimpi
dan berusahalah mengubahnya menjadi kenyataan. Siapapun kita dan dari manapun
asal kita, maka kita dapat sukses jika tidak pernah putus asa dan berusaha. Maka,
berhentilah untuk beputus asa karena itu tidak memperbaiki keadaan dan justru malah
akan memperburuk keadaan dan marilah kita mulai bermimpi untuk mengubah nasib
kita. Dalam meraih kesuksesan dunia dan akhirat, hati seseorang harus bersandar dan
bertawaqal kepada Allah swt. Maka dengan itu semua kegelisahan akan teratasi, semua
penyakit dari luar maupun dalam akan hilang darinya, dan akan tumbuh dihatinya
ketenangan.
Dunia ini adalah suatu tempat persinggahan, yaitu tempat kita
mempersiapkan diri menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat
kelak. Sebagai tempat persiapan, maka dunia pasti akan kita tinggalkan. Kita
hidup didunia ini hanya sebentar dan sementara saja dan setelah ini kita akan
melanjutkan perjalanan lagi, perjalan yang lebih lama dan lebih panjang yaitu
perjalanan menuju akhirat, kehidupan yang kekal dan abadi. Bila demikian
hakikat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup kita untuk keperluan
dunia yang jelas-jelas bakal kita tinggalkan. Katakanlah dari 24 jam jatah usia
kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan
untuk persiapan akhirat. Selebihnya terkuras habis oleh kegiatan dunia.
Terkadang kita lupa akan kehidupan akhirat
dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi Allah.
Perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang dan
membutuhkan bekal yang banyak. Suatu perjalanan yang memiliki banyak rintangan
dan cobaan, yang apabila dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan
pengorbanan yang tidak sedikit. suatu perjalanan yang menentukan apakah kita
termasuk penduduk surga atau neraka.
Proses kehidupan kita di dunia ini dimulai dari dilahirkannya
kita dari rahim ibu kita. Dan kemudian setelah hidup beberapa lama, maka kita pun
akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari yaitu sebuah kematian
yang akan menjemputnya. Perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan
yang panjang dan membutuhkan bekal yang banyak. Suatu perjalanan yang memiliki
banyak rintangan dan cobaan dan memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang
tidak sedikit. Suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk
surga atau penduduk neraka. Perjalanan itu dimulai dengan kematian yang akan
menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat.
Apabila kita tahu hakikat kematian dan keadaan alam akhirat serta semua kejadian-kejadian
yang ada didalamnya, maka pastilah kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini
akan ada kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi. Akan tetapi terkadang kita lupa
akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya
disisi Allah swt.
Marilah kita mencoba merenungkan nikmat Allah swt yang tak
terhingga, setiap saat darah mengalir dalam tubuh kita, tapi mengapa kita lupakan
itu semua. Setiap detakan jantung yang tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang
tak terhitung berapa kali dalam sehari. Setiap tarikan nafas yang tak terhitung
berapa kali dalam sehari selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak sengaja,
kita selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterimakasih kepada seorang
yang berjasa kepada kita, sementara kita sering kali memalingkan ingatan kepada
Allah swt yang senantiasa memanjakan kita dengan semua nikmatNya. Maka, akibatnya
kita pasti akan lupa akhirat dan dari sini lah dunia akan selalu menghabiskan
waktu kita. Sedangkan dengan mengingat kematian, maka akan mendorong seseorang
untuk mempersiapkan bekal kematian, menghindari melakukan perbuatan-perbuatan
yang mengarah kepada dosa dan maksiat serta mendorongnya untuk melakukan ketaqwaan
kepada Allah swt.
Dimata Allah swt, hakikat orang yang cerdas bukan berarti
orang-orang yang serba cukup dalam materi dan memiliki harta yang melimpah dan bukan
pula orang yang sekolah terus dan berhasil mencapai gelar yang tinggi. Akan tetapi
orang cerdas dan bijak dimata Allah swt adalah orang yang mempersiapkan bekal
sebanyak-banyaknya dan bersungguh-sungguh sebaik mungkin dalam mempersiapkan diri
untuk menghadapi kematian yang sudah pasti datang menjemputnya. Maka, dalam
pandangan Islam orang seperti ini dinilai sebagai orang yang cerdas. Ia akan
selalu beramal shalih dan berjuang dijalan Allah swt untuk menghadapi kematian
yang datang sewaktu-waktu. Marilah kita tanyakan kepada diri kita, apa yang
menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia dan lupa kepada
kehidupan akhirat, padahal kita tahu akan meninggalkannya. Perlu kita ingat
bahwa harta dan kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa untuk
menemui Allah swt. Hanya amal sholihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita
menemui Allah swt. Maka marilah kita tingkatkan amalan sholeh kita sebagai
bekal nanti menuju akhirat yang kekal dan abadi.
Ada suatu perkara yang sangat diharapkan oleh seseorang yang
baru berpindah dari alam dunia ke alam barzah. Bukan harta ia harapkan, bukan
pula rumah atau istana yang ia tinggalkan, bukan pula istri yang sangat ia
cintai, bukan pula makanan yang lezat dan minuman yang nikmat. Akan tetapi ia
berangan-angan ketika ia berpindah dari alam dunia kealam barzah yaitu untuk kembali lagi ke alam dunia agar dapat mengerjakan
amal soleh. Inilah yang sangat diharapkan dan dinginkan oleh orang yang mati
yaitu ingin kembali lagi kealam dunia, bukan untuk bersenang-senang menikmati
kenikmatan dunia dan mencicipi kenikmatan dunia yang baru ia tinggalkan, kemudian
kembali kepada keluarganya danistrinya yang sangat ia cintai, menemui kembali
karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya, menikmati rumah atau istana yang
dibanggunnya. Akan tetapi ia berharap satu perkara, yaitu beramal soleh. Maka
dari itu apabila Allah swt masih memberikan kesempatan kepada kita yaitu nikmat
waktu, umur, usia yang Allah swt berikan kepada kita, maka janganlah kita
lalaikan dan janganlah kita sia-siakan, dan kita harus memanfaatkannya dengan
sebaik mungkin. Sungguh itu adalah kesempatan bagi kita untuk beramal soleh
sebelum kesempatan itu dicabut oleh Allah swt.
Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita dengan bermuhasabah
pada diri kita masing-masing. Kita ingat-ingat sejenak kebelakang dan
bertanya-tanya kepada diri kita, yaitu tentang masa muda kita, untuk apa kita
gunakan, apakah untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt ataukah hanya untuk
bersenang-senang saja dengan berbuat dosa dan maksiat. Kemudian tentang harta
kita, dari mana kita peroleh, apakah halal atau haram dan untuk apa kita
gunakan, apakah untuk bersedekah atau hanya untuk besenang-senang dan berfoya-foya
menuruti hawa nafsu. Oleh karena itu, teruslah kita muhasabah terhadap diri kita
dari hari-hari yang telah kita lalui. Perlu kita ingat, umur kita semakin
berkurang dan kematian pasti akan menjemput kita. Dosa terus bertambah dan
segeralah bertaubat sebelum ajal menjemput kita karena waktu yang telah berlalu
tidak akan bisa kembali lagi. Semoga kita bisa meninggal dan menghadap Allah
swt dalam keadaan khusnul khotimah, dan bisa meraih syurga Allah swt. Amin..