Minggu, 17 Januari 2016

UJIAN AKHIR SEMESTER




MAKALAH
UJIAN AKHIR SEMESTER


Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, MA.

 



Oleh:

Nama : Rofi Amaludin, S.Pd.
NIM : 15709251001
Kelas : P.Mat  B




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015








MEMPERSIAPKAN BEKAL MENUJU KAMPUNG AKHIRAT
DALAM PANDANGAN FILSAFAT ISLAM

Allah swt menciptakan manusia didunia ini tidaklah sia-sia dan pasti mempunyai tujuan. Tujuan kita hidup didunia ini bukan hanya untuk makan dan minum, akan tetapi lebih daripada itu. Apabila memang itu tujuan hidup kita, maka alangkah remehnya hidup ini. Lalu apa bedanya antara kita dengan hewan dan orang-orang kafir. Tujuan hidup mereka didunia ini hanya untuk makan, minum, dan bersenang-senang saja. Tujuan kita diciptakan didunia adalah supaya beribadah kepada Allah swt, menahan keinginan hawa nafsu dan syetan serta mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat kelak sebelum ajal menjemput kita. Dalam hal ini, yang harus direnungkan kembali yaitu bahwa waktu yang telah kita lalui dalam kehidupan kita yang tidak digunakan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya maka  nantinya kita akan menyesal yaitu pada waktu hari kiamat telah tiba. Namun masalah besar yang sedang dihadapi oleh setiap muslim bahkan setiap manusia dalam kehidupan ini yaitu kehidupan mereka tidak selama-lamanya, tetapi terbatas waktu hanya untuk beberapa tahun saja. Maka, untuk itulah setiap manusia harus pintar-pintar dalam menggunakan waktu yang sebentar ini untuk memperoleh ridho dari Allah swt. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik untuk mengisi umur dan waktu yang singkat ini.
Kita diciptakan oleh Allah swt bukan semata-mata untuk hidup di dunia ini dan bukan pula hanya untuk sekedar bersenang-senang apalagi hanya untuk berfoya-foya memenuhi setiap keinginan hawa nafsu kita. Akan tetapi kita diciptakan oleh Allah swt untuk beribadah hanya kepada Allah swt. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an: ‘’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku’’. Kita diciptakan oleh Allah swt untuk suatu tujuan yang besar dan sangat mulia karena Allah swt ingin memuliakan hamba-hambaNya. Allah swt tidak membutuhkan ibadah kita sedikitpun, akan tetapi semua ibadah yang Allah swt perintahkan kepada kita adalah untuk kebaikan diri kita sendiri. Karena tujuan yang mulia inilah, maka Allah swt telah mengutus kepada kita seorang Nabi yang merupakan penutup seluruh para Nabi yaitu Nabi kita Nabi Muhammad saw. Maka dari itu, barangsiapa yang ingin mendapatkan kemuliaan dari Allah swt didunia maupun diakhirat dan selamat dari siksaNya dan mendapatkan surgaNya, maka tidak ada cara lain yaitu dengan beribadah hanya kepada Allah swt dan mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa Allah swt telah menjadikan sebab dari kebahagiaan seseorang didunia maupun diakhirat yaitu dengan mentaati Allah swt dan Rasulullah saw. Namun sebaliknya Allah swt menjadikan kebinasaan seseorang didunia maupun diakhirat yaitu karena bermaksiat kepada Allah swt dan Rasulullah saw. Oleh karena itu, maka marilah kita berusaha untuk meraih janji-janji Allah swt untuk mendapatkan berbagai macam kenikmatan di surgaNya dan dijauhkan dari siksa nerakaNya yaitu dengan mengisi kesempatan hidup di dunia ini dengan beribadah hanya kepada Allah swt dan mengikuti petunjuk Rasulullah saw.
Kehidupan didunia ini merupakan suatu perjalanan yang singkat yang menghantarkan manusia kepada kehidupan yang sesungguhnya yaitu kehidupan akhirat. Dunia ini merupakan tempat beramal dan akhirat kelak yaitu tempat pembalasan atas semua yang kita lakukan selama hidup didunia. Maka dari itu janganlah kehidupan dunia ini membuat kita lalai dan lupa kepada kehidupan akhirat. Sehingga gunakanlah nikmat yang Allah swt telah berikan kepada kita didunia ini untuk memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya diakhirat kelak. Sesungguhnya semua karunia Allah swt baik yang ada dilangit maupun yang ada dibumi, semua itu telah Allah swt berikan kepada manusia sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah swt. Dan janganlah kita menjadi orang-orang yang menyesal diakhirat kelak. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk mempunyai kesadaran, yaitu kesadaran sebagai hamba Allah swt dan kesadaran sebagai umat Nabi Muhammad saw. Namun, apabila kesadaran itu telah hilang dari jiwa seorang muslim, maka semua amalan ibadahnya akan menjadi sembrono, sehingga akibatnya amal ibadah kita akan sia-sia dan Allah swt tidak akan memberikan ganjaran apapun terhadap amal ibadah kita dan yang kita peroleh hanyalah dosa.
Hidup dizaman modern sekarang ini, banyak orang-orang yang seharusnya sebagai hamba Allah swt akan tetapi banyak diantara mereka yang memalingkan penghambaan kepada selain        Allah swt, yaitu kepada harta, wanita, dan dunia. Setiap hari, jam, menit dan detik, didalam pikiran mereka hanya dipenuhi dengan berbagai macam permasalahan dunia, mencari kenikmatan dan kepuasan dunia saja tanpa memperhatikan kenikmatan akhirat, dimana kenikmatan akhirat itu lebih baik daripada kenikmatan yang ada didunia, bahkan kenikmatan akhirat itu lebih kekal dan abadi. Allah swt menciptakan manusia bukan hanya untuk menumpuk-numpuk harta benda, akan tetapi Allah swt menciptakan manusia dan jin hanya untuk beribadah kepadaNya. Demikianlah seharusnya kaum muslimin selalu menyadari atas statusnya yaitu sebagai hamba Allah swt. Maksud dari penghambaan disini yaitu beribadah hanya kepada Allah swt dan tidak mnyekutukannya sedikitpun dan tidak melakukan syirik dengan sesuatu apapun.
Kesadaran kita sebagai umat Rosulullah saw yaitu menyadari bahwa semua amalan kita akan diterima oleh Allah swt yaitu dengan syarat harus sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah saw. Semua kaum muslimin dalam aktivitasnya harus berpedoman kepada apa yang dibawa oleh Rasulullah saw baik dari ucapannya, perbuatannya, maupun ketetapannya. Banyak dari kaum muslimin, yang menyalahi ajaran Rasulullah saw dengan mengatakan dirinya Islam padahal jauh dari ajaran agama Islam yang sesungguhnya. Kebanyakan dari mereka tidak memahami bahwa perbuatan seperti itu akan menjadi ibadahnya tertolak karena tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw. Semoga iman kita bisa tumbuh kokoh dan semoga kita semua dapat meraih tujuan hidup hakiki yang tiada lain adalah ikhlas semata-mata untuk Allah swt yang telah menciptakan kita. Karena hal ini adalah sebuah derajat yang tinggi untuk seorang muslim agar bisa mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat. Oleh karena itu, marilah bersama-sama kita menyadari bahwa sangat banyak anugerah dan nikmat Allah swt yang dilimpahkan kepada kita, baik yang berupa material maupun non-material yang kita gunakan dalam kehidupan didunia ini. Karena begitu banyaknya sehingga tidak akan mampu kita menghitung-hitungnya.
Pada zaman sekarang ini, berbagai nikmat dan anugerah yang diberikan Allah swt kepada hambaNya khususnya dinegara kita sangatlah banyak dan melimpah. Kenikmatan yang tidak terhitung banyaknya, apalagi nikmat yang secara umum diberikan kepada setiap orang. Sementara itu, manusia pada umumnya melalaikan rasa syukurnya kepada Allah swt sebagai dzat yang telah memberikan nikmat. Namun, sangat sedikit mereka yang mau mengingat nikmat dan mau mensyukurinya. Allah swt telah melimpahkan berbagai macam nikmat kepada hambaNya yang tidak bisa dijangkau oleh akal apalagi mensyukurinya. Karena itu wajib bagi seorang hamba untuk mensyukuri nikmat Allah swt, mengetahui nilainya, dan tidak meremehkannya. Umur adalah salah satu nikmat besar yang diberikan oleh Allah swt kepada manusia. Allah swt tidak membeda-bedakan antara orang muslim dan orang kafir dalam memberikan nikmat ini. Umur diberikan oleh oleh Allah swt kepada manusia kepada manusia menurut ketentuannya masing-masing. Oleh karena itulah Allah swt merahasiakan antara umur manusia yang satu dengan manusia yang lain. Tidak ada seorang pun yang mengetahui sampai berapa umur seseorang kecuali hanya Allah swt. Kita sebagai seorang muslim adalah umat terbaik yang diciptakan oleh Allah swt. Maka, sebagai seorang muslim, kita harus memanfaatkan umur ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam hidup ini kita harus bersyukur kepada Allah swt yang telah memberikan nikmat kepada kita. Hakikat dari syukur yaitu menggunakan nikmat tersebut pada sesuatu yang diridhoi oleh Allah swt. Sedangkan lawan dari syukur adalah kufur, yaitu menyembunyikan dan melupakan nikmat Allah swt. Pada hakikatnya semua bentuk kesyukuran kita itu haruslah ditujukan hanya kepada Allah swt yaitu dzat yang memberi nikmat. Akan tetapi bukan berarti kita melupakan dan tidak berterimakasih kepada orang yang telah menjadi perantara datangnya nikmat tersebut. Maka, kita harus juga menyatakan rasa syukur dan terimakasih kepada pihak yang sudah menjadi perantara datangnya nikmat Allah swt tersebut. Allah swt juga memerintahkan kita untuk berterima kasih kepada kedua orangtua kita yang telah menyebabkan kita terlahir dan hidup didunia ini. Perintah untuk bersyukur kepada kedua orangtua adalah sebagai isyarat agar kita selalu bersyukur kepada siapapun yang telah berjasa dan menjadi perantara terhadap datangnya nikmat dan anugerah Allah swt. Maka dari itu, barang siapa yang tidak mau bersyukur dan tidak mau berterimakasih kepada sesama manusia yang telah berjasa kepada kita, maka artinya sama saja dia tidak bersyukur kepada Allah swt.
Allah swt tidak akan mengambil keuntungan sedikitpun dari syukur hambaNya, sebagaimana Allah swt tidak akan rugi dan tidak akan berkurang keagunganNya jika hambanya tidak mau bersyukur dan kufur terhadap semua nikmatNya. Sikap syukur ini harus menjadi kepribadian kita sebagai kaum muslimin. Sikap ini mengingatkan kita agar senatiasa berterima kasih kepada Allah swt dzat yang memberikan nikmat dan senantiasa berterimakasih kepada orang yang menjadi perantara datangnya nikmat tersebut. Dengan bersyukur maka seseorang akan ridho kepada nikmat yang dia terima dengan tetap meningkatkan usaha dan ikhtiar untuk mencapai nikmat yang lebih baik lagi. Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahNya kepada kita semua, sehingga kita menjadi hamba yang pandai bersyukur kepada Allah swt dan berterimakasih kepada orang yang telah menjadi perantara terhadap nikmat yang kita terima.
Suatu hal yang harus disadari oleh kita yaitu hidup ini tidak selalu berjalan mulus sesuai yang kita harapkan dan berbagai suka-duka selalu silih berganti melanda kita. Selalu ada kemenangan, ada kekalahan, dan ada air mata yang tumpah dikala kekalahan menerpa kita. Namun banyak juga diantara kita yang menanggapinya dengan sikap yang berbeda-beda dalam meraih kesuksesan didunia maupun diakhirat. Ketika kita sedang berada dipuncak kesuksesan dunia, maka seakan-akan itu semua merupakan hasil kerja kita sendiri tanpa campur tangan Allah swt sehingga kita lupa kepada Allah swt yang telah memberikan rezeki. Memang kita semua tidak menyukai kegagalan, akan tetapi bisa jadi kegagalan itu nanti malah menjadikan kebaikan buat kita. Sebaliknya kita mungkin sangat menyukai kesuksesan dan kekayaan, akan tetapi boleh jadi kesuksesan itu justru malah berdampak buruk bagi kita dikemudian hari. Oleh karena itu, hanya kepada Allah swt saja sebaiknya semua itu kita kembalikan. Dikala kegagalan menerpa kita, maka yang harus kita lakukan adalah menguatkan niat dan tekad kembali agar meneruskan  perjuangan. Akan tetapi, ketika kesuksesan sudah ada dalam genggaman kita, maka yang harus dilakukan adalah merendahkan diri di hadapan Allah swt dan meyadari bahwa kesuksesan itu bukanlah hasil daripada jerih payah diri kita sendiri melainkan nikmat dan anugerah dan dari Allah swt.
Sesungguhnya kesuksesan itu merupakan ketenangan jiwa dan kegagalan itu merupakan kerisauan hati. Sebuah kegagalan merupakan lazngkah awal menuju kesuksesan di masa yang akan datang. Janganlah melihat keberhasilan, akan tetapi lihatlah kegagalan yang dialami. Ketika kita mengalami kegagalan, maka teruslah bermimpi dan berusahalah mengubahnya menjadi kenyataan. Siapapun kita dan dari manapun asal kita, maka kita dapat sukses jika tidak pernah putus asa dan berusaha. Maka, berhentilah untuk beputus asa karena itu tidak memperbaiki keadaan dan justru malah akan memperburuk keadaan dan marilah kita mulai bermimpi untuk mengubah nasib kita. Dalam meraih kesuksesan dunia dan akhirat, hati seseorang harus bersandar dan bertawaqal kepada Allah swt. Maka dengan itu semua kegelisahan akan teratasi, semua penyakit dari luar maupun dalam akan hilang darinya, dan akan tumbuh dihatinya ketenangan.
Dunia ini adalah suatu tempat persinggahan, yaitu tempat kita mempersiapkan diri menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan akhirat kelak. Sebagai tempat persiapan, maka dunia pasti akan kita tinggalkan. Kita hidup didunia ini hanya sebentar dan sementara saja dan setelah ini kita akan melanjutkan perjalanan lagi, perjalan yang lebih lama dan lebih panjang yaitu perjalanan menuju akhirat, kehidupan yang kekal dan abadi. Bila demikian hakikat dunia, mengapa kita terlalu banyak menyita hidup kita untuk keperluan dunia yang jelas-jelas bakal kita tinggalkan. Katakanlah dari 24 jam jatah usia kita dalam sehari, bisa dikatakan hanya beberapa persen saja yang kita gunakan untuk persiapan akhirat. Selebihnya terkuras habis oleh kegiatan dunia. Terkadang kita lupa akan kehidupan akhirat  dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi Allah. Perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang dan membutuhkan bekal yang banyak. Suatu perjalanan yang memiliki banyak rintangan dan cobaan, yang apabila dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.
Proses kehidupan kita di dunia ini dimulai dari dilahirkannya kita dari rahim ibu kita. Dan kemudian setelah hidup beberapa lama, maka kita pun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari yaitu sebuah kematian yang akan menjemputnya. Perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang dan membutuhkan bekal yang banyak. Suatu perjalanan yang memiliki banyak rintangan dan cobaan dan memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau penduduk neraka. Perjalanan itu dimulai dengan kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat. Apabila kita tahu hakikat kematian dan keadaan alam akhirat serta semua kejadian-kejadian yang ada didalamnya, maka pastilah kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi. Akan tetapi terkadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya disisi Allah swt.
Marilah kita mencoba merenungkan nikmat Allah swt yang tak terhingga, setiap saat darah mengalir dalam tubuh kita, tapi mengapa kita lupakan itu semua. Setiap detakan jantung yang tidak pernah berhenti. Kedipan mata yang tak terhitung berapa kali dalam sehari. Setiap tarikan nafas yang tak terhitung berapa kali dalam sehari selalu kita nikmati. Tapi kita sengaja atau tidak sengaja, kita selalu melupakan hal itu. Kita sering mudah berterimakasih kepada seorang yang berjasa kepada kita, sementara kita sering kali memalingkan ingatan kepada Allah swt yang senantiasa memanjakan kita dengan semua nikmatNya. Maka, akibatnya kita pasti akan lupa akhirat dan dari sini lah dunia akan selalu menghabiskan waktu kita. Sedangkan dengan mengingat kematian, maka akan mendorong seseorang untuk mempersiapkan bekal kematian, menghindari melakukan perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada dosa dan maksiat serta mendorongnya untuk melakukan ketaqwaan kepada Allah swt.
Dimata Allah swt, hakikat orang yang cerdas bukan berarti orang-orang yang serba cukup dalam materi dan memiliki harta yang melimpah dan bukan pula orang yang sekolah terus dan berhasil mencapai gelar yang tinggi. Akan tetapi orang cerdas dan bijak dimata Allah swt adalah orang yang mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya dan bersungguh-sungguh sebaik mungkin dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang sudah pasti datang menjemputnya. Maka, dalam pandangan Islam orang seperti ini dinilai sebagai orang yang cerdas. Ia akan selalu beramal shalih dan berjuang dijalan Allah swt untuk menghadapi kematian yang datang sewaktu-waktu. Marilah kita tanyakan kepada diri kita, apa yang menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia dan lupa kepada kehidupan akhirat, padahal kita tahu akan meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa harta dan kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa untuk menemui Allah swt. Hanya amal sholihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita menemui Allah swt. Maka marilah kita tingkatkan amalan sholeh kita sebagai bekal nanti menuju akhirat yang kekal dan abadi.
Ada suatu perkara yang sangat diharapkan oleh seseorang yang baru berpindah dari alam dunia ke alam barzah. Bukan harta ia harapkan, bukan pula rumah atau istana yang ia tinggalkan, bukan pula istri yang sangat ia cintai, bukan pula makanan yang lezat dan minuman yang nikmat. Akan tetapi ia berangan-angan ketika ia berpindah dari alam dunia kealam barzah yaitu untuk kembali  lagi ke alam dunia agar dapat mengerjakan amal soleh. Inilah yang sangat diharapkan dan dinginkan oleh orang yang mati yaitu ingin kembali lagi kealam dunia, bukan untuk bersenang-senang menikmati kenikmatan dunia dan mencicipi kenikmatan dunia yang baru ia tinggalkan, kemudian kembali kepada keluarganya danistrinya yang sangat ia cintai, menemui kembali karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya, menikmati rumah atau istana yang dibanggunnya. Akan tetapi ia berharap satu perkara, yaitu beramal soleh. Maka dari itu apabila Allah swt masih memberikan kesempatan kepada kita yaitu nikmat waktu, umur, usia yang Allah swt berikan kepada kita, maka janganlah kita lalaikan dan janganlah kita sia-siakan, dan kita harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Sungguh itu adalah kesempatan bagi kita untuk beramal soleh sebelum kesempatan itu dicabut oleh Allah swt.
Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita dengan bermuhasabah pada diri kita masing-masing. Kita ingat-ingat sejenak kebelakang dan bertanya-tanya kepada diri kita, yaitu tentang masa muda kita, untuk apa kita gunakan, apakah untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah swt ataukah hanya untuk bersenang-senang saja dengan berbuat dosa dan maksiat. Kemudian tentang harta kita, dari mana kita peroleh, apakah halal atau haram dan untuk apa kita gunakan, apakah untuk bersedekah atau hanya untuk besenang-senang dan berfoya-foya menuruti hawa nafsu. Oleh karena itu, teruslah kita muhasabah terhadap diri kita dari hari-hari yang telah kita lalui. Perlu kita ingat, umur kita semakin berkurang dan kematian pasti akan menjemput kita. Dosa terus bertambah dan segeralah bertaubat sebelum ajal menjemput kita karena waktu yang telah berlalu tidak akan bisa kembali lagi. Semoga kita bisa meninggal dan menghadap Allah swt dalam keadaan khusnul khotimah, dan bisa meraih syurga Allah swt. Amin..

Senin, 11 Januari 2016

Filsafat Ilmu (refleksi ke- 12 dan 13)



Refleksi ke-12 dan 13
Pascasarjana Pendidikan Matematika kelas B
Matakuliah Filsafat Ilmu
Dosen Bapak Prof. Dr. Marsigit, MA.
Selasa, 29 Desember 2015 pukul 08.00 - 11.00 di ruang 1.01 Gedung Lama
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)


TIPS UNTUK IKHLAS HATI

Hidup kalau ingin baik-baik yaitu definisinya satu yaitu ikhlas terhadap diri sendiri. Secara ilmu syufi, maka dari tuhan turun ke malaikat Jibril turun ke Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika ada pertanyaan kepada sahabat kepada Rasulullah SAW, sang sahabat ingin mengerti tentang wajah Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Beliaupun menjawab kalau engkau ingin mengerti tentang wajahku maka tengoklah pada anak telinga lubang anak saya, kata Rasulullah. Satu-satu sahabat melihat lubang telinga anak Beliau dan ternya yang dilihat hanya lubang dan gelap. Hanya satu sahat yang tidak mau melihat, dan ditanya kepada Rasullullah kenapa kau tidak menengok seperti sahabat yang lain.
Abu Bakar Assiddikpun menjawab, jangankan aku ingin melihat wajahmu, sedangkan aku tidak bertemu dengan Rasulullah saja saya selalu melihat wajah Rasulullah. Baginda Rarulullah langsung berkata kepada sahabat yang lain dan mendengarkan apa yang diucapkan oleh Abu Bakar dan berkata inilah muridku yang paling cerdas dan mendefinisikan ihklas itu seperti apa.  Cara berguru kepada nabi dan Rasul setelah meninggal yaitu dengan berguru kepada alim ulama yang telah berguru, itulah ibarat pembawa wasilah nabi. Itulah sebabnya walaupun Rasulluah sudah meninggal duni tetap kita bisa menyakininya, bisa melaksanakan sunah-sunahnya.
Berbeda dengan guru agama yang menuntun dan membimbing dalam kehidupan dunia dan akhirat. Setiap orang pasti membutuhkan seorang guru, begitu juga dengan Baginda Nabi Besar Muhammad SAW  yaitu guru beliau malaikat Jibril agar benar-benar ikhlas. Dan malaikat jibril tidak bisa berbuat apa-apa tanpa kuasa dari Tuhan dan sebenar-benar guru dan guru absolut adalah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks ini kalau sudah menata diri dalam keikhlasan maka tiadalah sebenar-benar manusia itu mampu mengikhlaskan diri sendiri tanpa ada bantuan dari Allah SWT. Kalau ihklas unsurnya malaikat dan kalau tidak ihklas unsurnya syaitan, bisa juga dikatakan dengan buruk dan baik. Maka tiadalah orang yang sebenar-benar mampu mengihlaskan diri sendiri kecuali dari kuasa Tuhan. Menjadi sangat penting ikhlas itu, sebenar-benar hidup kalau ingin bahagia adalah keikhlasan itu sendiri. Semua benda itu adalah keikhalasan, umpanyanya semen dan besi yang selalu ikhlas sehingga menjadi bangungan yang kokoh.
Jawaban ini bersumber dari pengalaman dan bukan bersumber dari guru spiritual dari Bapak Prof. Dr. Marsigit, MA. Berdasarkan intuisi atau buah dari pengalaman, dimana merupakan yang utama dari yang utama perikehidupan manusia mulai dari aktivitas, peradaban, samapi spiritualitas dari lahir sampai mati. Berdasarkan pengalaman mengenai ikhlas, kalau bisa diulang dan diungkap kembali seperti biasa kalau dunia punya gurunya dan akhirat juga memiliki guru. Kalau guru di dunia banyak dan terdapat di mana-mana dan dapat dicari diberbagai sumber dan mudah dicari, berbeda dengan guru spiritual karena susah menemukan dan sulit untuk mencari guru spiritual. Kalau guru di dunia tingkatannya terbatas, dimana durasinya atau jangka waktunya terbatas, short term, medium term.

Filsafat Ilmu (refleksi ke-11)



Pascasarjana Pendidikan Matematika kelas B
Matakuliah Filsafat Ilmu
Dosen Bapak Prof. Dr. Marsigit, MA.
Selasa, 22 Desember 2015 pukul 16.00 - 17.30 di ruang Aula lt.3 Pasca Baru
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

DUNIA INGATAN DALAM FILSAFAT

Apa sebenarnya makna dari memengingat? Apa bedanya ingatan anak kecil dan ingatan orang tua? Sekarang dunia ini namanya dunia ingatan, ingatan yang dikombinasikan dengan sifat yang lain, ingatan dalam pengertian tidak berpretensi apapun, ingatan dalam artian bertujuan, ingatan yang netral dan ingatan yang tidak netral. Semua orang biasanya menggunakan bahasa analog, teknologi juga bahasa analog, makanya ketika orang menciptakan koputer, computer ada tiga komponen, yaitu Arithmetic logical unit yang bisa berpikir, yang bisa membedakan dan bisa mengurutkan, Storage unit untuk menyimpan data , Control unit yang digunakan untuk mengendalikan. Memori itu ada dua macam, Read Access Memory dan Read Only Memori ada listriknya mati, maka dia hilang dan jika listriknya mati ada yang masih ada data yang tersimpan. Lupanya computer bisa digambarkan seperti itu, makanya ketika computer di off kan atau di sleep ada yang yang tidak tidur misalnya jam yang ada dalam computer, memorinya tidak hilang. Ada yang di hapus tapi memorinya tidak hilang tapi bisa diliat dengan teknologi lain, itulah yang disebut dengan ingatan. Berfilsafat itu membuka kemungkinan yang ada dan yang mungkin ada, jadi tidak terlalu memaksa harus begini, bagaimana dan dari sudut pandang mana dulu. Dari sisi filsafatnya, berarti lupa ontologis, lupa epistimologis, lupa aksiologis. Maka ada ontologisnya lupa ada ontologinya lupa, epistimologis lupa, dan aksiologis lupa. Apistimologi lupa dan lupanya epistimologis, maka pertanyaan yang dimaksud disini merupakan gambaran tentang dunianya lupa, maka anak kecil bisa lupa, orang tua bisa lupa, murid bisa lupa, guru bisa lupa, pemimpin bisa lupa, dan dewapun bisa lupa. Kalau dewa lupa itu merukan sesuatu yang bijaksana sedangkan kalau murid lupa itu bisa dikatakan tidak pandai. Itulah bedanya antara dewa dan jaksa, kalau dewa lupa itu dikatakan bijaksana kalau jaksa yang lupa bisa dibilang bodoh. Secara sikologi, macam-macam sikologi, ada dari unsur genetika, sikologi genetika berhubungan dengan kedokteran, lupa dalam arti mekaniknya dari lupa yaitu otak, bisikan, dan memori (tidak ada lagi ingatan).
Kalau dalam fisafat yang memikirkan itu berdimensi, yang berdimensi yang memikirkan itu memikirkan hal yang berdimensi pula. Artinya anak kecil bisa berpikir tentang lupa, premature artinya secara elementer kita bisa berpikir tentang lupa, kita bisa memikirkan lupa dari sisi pisikologi, kita bisa memikirkan lupa dari sisi filsafat, kita bisa memikirkan lupa dari sisi spiritual, itu artinya dari sisi kita itu berdimensi, lupa juga berdimensi. Kalau dijalankan dimensinya intensif, lupa dengan struktur lupa material, lupa formal, lupa normatif, lupa spiritual. Kalau disintetikkan lupa di sini lupa di sana, lupa kemarin, lupa sekarang dan lupa yang akan datang.
Memiliki kemampuan mengingat ternyata memiliki kompetensi yang baik dan dapat membantu dalam proses pembelaran yang membantu dalam ingatan. Kalau dalam spiritual, ingatlah yang baik-baik, dan mengingat yang jelek untuk belajar dan kemudian dilupakan. Ingatan dan lupa ibarat ying dan yang, ada yang dilupakan dan ada yang harus diingat. Dari sisi epistimologi untuk mengingat, apakah tidak ingat itu lupa apakah tidak lupa itu ingat? Bila mana tidak lupa itu ingat? Maka sebenar-benar filsafat itu adalah penjelasan yanga ada dalam pikiran dan hasil dari pengalaman (intuisi). Dunia lupa tidak mungkin kalau tidak ada dunia ingat, di dalam lupa ada ingat di dalam ingat ada lupa, karena tidak mungkin mengatakan lupa kalau ingat, dan mengatakan ingat kalau tidak lupa. Sebenar-benar terjadi adalah berpikir itu merupakan pengalaman, dan memperoleh pengalaman karena pikiran, karena sebenar-benar hidup adalah interaksi antara pikiran dan pengalaman. Menurut Immanuel Kant ciri-ciri pikiran itu logis, analitik, apriori sedangkan iri-ciri pengalaman itu sintetik, aposteriori. Sebenar-benar hidup adalah interaksi antara lupa dan ingat, tidak adalah sebenar-benar lupa tanpa memuat ingat dan tidak adalah sebenar-benar ingat tanpa memuat lupa. Kalau mengingat sesuatu pasti ada yang dilupakan, karena mengingat itu adalah reduksi.
Dalam kemampuan spiritual lupa dan mengingat itu merupkan keterampilan yang penting, orang yang sehat itu memiliki kemampuan untuk mengingat dan melupakan. Kalu dia tidak mampu melupakan sesuatu ini tanda seorang yang tidak sehat, maka ada metodologi dan cara untuk melupakan dengan melakukan kegiatan yang lain. Ketika sedang berdoa, dalam doa itu mengingat Tuhan dan melupakan semua yang berhubungan dengan urusan dunia. Tapi ketika dalam doa itu terus menurut dalam keadaan mengingat maka dikatan sombong, karena doa itu merupakan miliki Tuhan. Makna dari doa itu “Hijrah dari doa olehku dalam ingatan dan pikiranku kemudian doa olehnya di dalam kuasanya”, kalau doa masih oleh ku dalam pikiranku dan oleh kuasaku, apabila ada ku di dedepannya maka kita akan terlempar dengan kesombongan, karena kesombongan merupakan sumber bencana. Maka ada lepel dimana ketika doa ditransper, pikiran melupakan segalanya.
Ingatan yang tidak netral (biasanya ingatan yang tidak netral ini berhubungan dengan rasa terauma terjadi pada seseorang yang apabila ingatan itu muncul ia merasa takut) dan dan ada juga ingatan yang memiliki muatan (ingatan yang apabila diingat seseorang bisa bersedih akan suatu yang diingat tersebut). Kemudian dari sisi strukturnya itu wadah dan isi, wadah ingatan itu apa dan isi ingatan itu apa. Misalnya kalau melihat warna merah teringat pacar lama, ternyata warna merah itu wadahnya dan pacar itu merupakan isinya. Kemudian dari strukturnya ada singular, dual, plural yang saling keterkaitan dan ingatan itu merupkan struktur. Kalau ditarik dalam bahasa ada yang majmuk dan ada yang tunggal bisa dikaitkan seperti itu ada majmuk setara dan ada majmuk bertingkat.