Sabtu, 31 Oktober 2015

Keutamaan Menghafal Al-Qur'an

Berikut ini adalah beberapa keutamaan-keutamaan menghafal Al-Qur'an.

1. Hati seorang individu Muslim tidak kosong dari sesuatu bagian dari kitab Allah 'Azza wa Jalla.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu:
"Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh". (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata hadits ini hasan sahih).


2. Memperoleh penghormatan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Dari Abi Hurairah Radiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengecek kemampuan membaca dan hafalan Al Qur'an mereka.
Setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al-Qur'an-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam :"Berapa banyak AlQuran yang telah engkau hafal, hai Fulan?" ia menjawab: aku telah menghafal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kembali bertanya: "Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?" Ia menjawab: Betul. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!".
Salah seorang dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan menghafal surah Al-Baqarah semata karena takut aku tidak dapat menjalankan isinya. Mendengar komentar itu,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pelajarilah Al Qur'an dan bacalah, karena perumpamaan orang mempelajari Al Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang mempelajarinya kemudian dia tidur -dan dalam dirinya terdapat hafalan Al Qur'an- adalah seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik" (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaam 2126), dan dalam sanadnya ada 'Atha, Maula, Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpecaya kecuali Ibnu Hibban).
3. Penghafal Al Qur'an akan memakai mahkota kehormatan.

Dari Abi Hurairah Radiyallahu 'anhu. bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Penghafal Al Qur'an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Qur'an akan berkata: Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al Qur'an kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu diapakaikan jubah karamah. Kemudian Al Qur'an memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan" (Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia meninalinya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi(1/533).)


4. Dapat membahagiakan kedua orang tua, sebab orang tua yang memiliki anak penghapal Al Qur'an memperoleh pahala khusus.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dari Buraidah Al Aslami Radiyallahu 'anhu, ia berkata bahawasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Al Qur'an akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Qur'an akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: "Apakah anda mengenalku?". Penghafal tadi menjawab; "saya tidak mengenal kamu." Al Qur'an berkata; "saya adalah kawanmu, Al Qur'an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Qur'an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: "kenapa kami di beri dengan pakaian begini?". Kemudian di jawab, "kerana anakmu hafal Al Qur'an. "Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, "bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya." Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil). (diriwayatkan oleh Ahmd dalam Musnadnya (21872) dan Ad Darimi dalam Sunannya (3257).)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membaca Al Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur'an" (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi)


5. Akan menempati tingkatan yang tinggi di Surga Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dari Sisyah Radhiyallahu 'anhu ia berkata, bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Qur'an. Maka tingkatan surga yang di masuki oleh penghafal Al Qur'an adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.


6. Penghafal Al Qur'an adalah keluarga Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dari Anas Radhiyallahu 'anhu Ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia." Kemudian Anas berkata lagi, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: "Ia itu ahli Qur'an (orang yang membaca atau menghafal Al- Qur'an dan mengamalkan isinya).Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.


7. Menjadi orang yang arif di surga Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam "Dari Anas Radhiyallahu 'anhu Bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Para pembaca Al Qur'an itu adalah orang-orang yang arif di antara penghuni surga,"


8. Memperoleh penghormatan dari manusia.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam "Dari Abu Musa Al Asya'ari Radhiyallahu 'anhu Ia berkata bahawasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Diantara perbuatan mengagungkan Allah adalah menghormati Orang Islam yang sudah tua, menghormati orang yang menghafal Al-Qur'an yang tidak berlebih-lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan Al-Qur'an tidak di amalkan, serta menghormati kepada penguasa yang adil."


9. Hatinya terbebas dari siksa Allah 'Azza wa Jalla.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
" Dari Abdullah Bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam Baginda bersabda: " bacalah Al Qur'an kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al Qur'an. Sesungguhanya Al Qur'an ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkunya ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Qur'an maka hendaklah ia bergembira."


10. Mereka (bagi kaum pria) lebih berhak menjadi Imam dalam shalat.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam :
"Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda; "yang menjadi imam dalam solat suatu kaum hendaknya yang paling pandai membaca (hafalan) Al Qur'an."


11. Disayangi oleh Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dari Jabir Bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu Bahawa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menyatukan dua orang dari orang-orang yang gugur dalam perang uhud dalam satu liang lahad. Kemudian nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "dari mereka berdua siapakah paling banyak hafal Al Qur'an?" apabila ada orang yang dapat menunjukkan kepada salah satunya, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam memasukkan mayat itu terlebih dahulu ke liang lahad."

12. Dapat memberi syafa'at kepada keluarga.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhahu: "Barangsiapamembaca Al Qur'an dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka."


13. Merupakan bekal-bekal yang terbaik.

Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam:
"Dari Jabir bin Nufair, katanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Sesungguhnya kamu tidak akan kembali menghadap Allah dengan membawa sesuatu yang paling baik daripada sesuatu yang berasal dari-Nya yaitu Al Qur'an.

Orang Yang Cerdas Menurut Rasulullah SAW

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
'' ORANG YANG CERDAS MENURUT RASULULLAH SAW ''
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ المُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَ أَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ
“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas (yang sesungguhnya).” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
Gemerlapnya dunia dan kerasnya persaingan hidup ini, baik di ranah politik maupun ekonomi, sering kali membuat kita lupa akan mengingat akhirat dan kematian. Jauh-jauh hari Rasulullah Saw. telah mengingatkan kepada kita akan hal itu, bahwa kehidupan dunia yang fana ini benar-benar sangatlah singkat sekali jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal nan abadi. Sebagaimana yang pernah diungkapkan dalam sebuah haditsnya.
عن المستورد بن شداد رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم: والله ما الدنيا في الأخرة إلامثلَ ما يجعل أحد كم إصبعه في اليم فلينظر بم يرجع. (رواه مسلم)
Dari Al-Mustaurid bin syadad RA. Berkata, bahwa Rasulullah Saw. besabda: “Demi Allah! Tidaklah perbandingan dunia dengan akhirat itu melainkan seperti salah seorang diantara kalian yang memasukkan jarinya kedalam lautan, maka lihatlah seberapa banyak air yang ikut pada jari itu. (HR. muslim)
Subhanallah, sungguh tidak dapat kita bayangkan singkatnya kehidupan dunia ini yang hanya berupa tetesan air yang sangat sedikit di satu jari bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang sangat lama dan luas laksana lautan.
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa setiap makhlukNya yang bernyawa di jagat raya ini akan mengalami yang namanya mati. Sebagaimana Allah SWT. berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
Kita sempat dihebohkan dengan kabar tewasnya pemimpin besar Libya yang mati ditangan dan kaki rakyatnya sendiri. Sungguh ini sebuah pelajaran sangat berharga bagi kita sebagai seorang muslim. Bahwa betapa pun berkuasanya manusia di muka bumi ini dan seberapa banyaknya harta kekayaan yang ia miliki, pasti dan pasti kematian itu akan selalu menjemputnya kapan saja.
Sungguh kematian itu tidak pernah mengenal usia, baik itu tua maupun muda. Maka janganlah sekali-kali kita yang masih muda, yang masih mempunyai tubuh segar bugar, berwajah tampan, dan kesehatan yang terjamin, mengira akan jauh dari kematian. Bukankah Allah SWT. telah mengingatkan kita, bahwa kematian itu akan menjemput kita kapan saja dan tak seorang pun mampu untuk menghalanginya. Sebagaimana firmanNya,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Dan setiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang batas waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.(QS. Al-A’raf: 34)
Ajal setiap manusia telah ditulis oleh Allah pada saat dia masih berupa janin didalam rahim ibunya dalam umur seratus dua puluh hari, kematian itu ditulis bersamaan dengan rizki, amal, kebahagiaan, dan kesengsaraannya. Apabila ajal tersebut tiba, maka ia tiba tepat waktu, tidak mungkin ditunda atau disegerakan sedetik pun dan ia tiba di bumi mana pun orang tersebut berada, tanpa dia ketahui. Bisa saja ajal kita nanti akan menjemput kita disaat kita sedang sibuk di kantor, di kampus atau diperantauan negeri maroko ini, dan bahkan bisa jadi di majlis yang mulia ini. Subhanallah. Sebagaimana Allah telah berfirman,
وَمَاتَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
"Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati." (QS. Luqman: 34).
Imam Qurthubi rahimahullah beliau meriwayatkan, bahwa Ad- Daqqaq berkata, ‘’Barang siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara:
1. Bersegera untuk bertaubat
2. Hatinya merasa cukup
3. Giat/semangat dalam beribadah.
Sebaliknya, barang siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara:
1. Menunda taubat
2. Tidak ridha dengan perasaan cukup
3. Malas dalam beribadah.”
Suatu hari Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau
bertanya kepada mereka: Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?
Murid yang pertama menjawab: Orang tua
Murid yang kedua menjawab: Guru
Murid yang ketiga menjawab: Teman
Murid yang keempat menjawab: Kaum kerabat.
Lalu Imam Ghazali mengatakan: Semua jawaban kalian itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan
mati “كل نفس ذائقة الموت” ( Surah Ali-Imran:185) .
` Kita ingat bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: “Cukuplah kematian itu sebagai nasehat.” (HR. Thabrani dan Baihaqi). Artinya bahwa mati atau kematian sebenarnya sudahlah cukup menjadi nasehat agar manusia selalu ingat dan beribadah kepada Allah SWT. agar manusia menjauhi segala macam bentuk kemaksiatan, pemerintah yang berkuasa tidak lagi melakukan korupsi yang membuat rakyat menjadi sengsara, hakim tidak lagi menerima suap yang membuat kasus hukum menjadi buram. Dan jika seluruh manusia menjadikan mati sebagai nasehat, maka dunia ini akan tentram, damai, dan sejahtera. Tidak ada lagi kejahatan yang dilakukan antar sesama manusia.
Maka itulah ketika Rasulullah Saw ditanya, siapakah orang yang sebenarnya paling cerdas, beliau menjawab,
الكيس من دان نفسه, وعمل لما بعد الموت والعاجز من اتبع هواها وتمني على الله الأماني (رواه الترمذي)
Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menundukkan hawa nafsu dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah dengan panjang angan-angan (Tuulul ‘amal).
Sahabat Abdullah bin Umar pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya diantara mereka”. Lalu bertanya lagi, ‘‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’’. Beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)
Kenapa orang yang selalu mengingat mati dan mempersiapkannya dengan baik disebut Rasulullah sebagai orang yang cerdas. Karena orang yang selalu mengingat mati adalah orang yang berpikir rasional dan berpikir jauh ke depan. Kehidupan dunia hanyalah sesaat, sedangkan kehidupan yang kekal adalah di akhirat dan kehidupan yang kekal itu terjadi setelah kematian.
Dunia adalah tempat menanam, sedangkan akhirat tempat menuai. Kalau seseorang menanaminya dengan kebaikan disertai keimanan kepada Allah SWT. Insya Allah, akan Allah balas dengan pahala surga. Sedangkan jika ia menanaminya dengan kemaksiatan, maka nerakalah balasannya yang sudah Allah persiapkan sebagai tempat peristirahatannya.
Sebagaimana yang tertera dalam hadits diatas, maka orang yang cerdas menurut Rasulullah itu diantaranya sebagai berikut:
1. Menundukkan hawa nafsu.
Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya adalah orang yang cerdas, ia memahami bahwa nafsu jika dipenuhi begitu saja tanpa di kendalikan, maka akan mempunyai akibat negatif yang fatal. Sehingga disini kecerdasan itu tidak diukur dengan tingkat pendidikan maupun intelektualitas semata.
2. Banyak mengingat mati
Orang yang memikirkan kematian dengan segala kaitannya, kemudian berusaha mempersiapkan diri untuk menjemput kematian itu, maka itulah termasuk orang yang cerdas (Akayyis). Sebaliknya, orang yang tidak pernah memikirkan tentang kematian dan tidak mempersiapkan diri menghadapi kematian bisa dikatakan sebagai orang yang lemah/tidak cerdas (al-‘ajiz).
3. Beramal untuk Akhirat.
Hanya orang-orang yang cerdas (berakal) sajalah yang akan memikirkan kehidupan akhirat dan akan beramal untuk kebahagiaan di akhirat kelak dengan tidak melupakan kebahagiaan dunia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ﴿٧٧﴾
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka (bumi) ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS.Al-Qashash: 77)
Untuk itu, marilah kita renungkan arti kehidupan ini dan selalu kita ingat kematian serta bertanya pada diri kita, sudah siapkah jika malaikat maut datang menjemput. Sudahkah kita beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Menolong kepada sesama, berbakti kepada orang tua, menunaikan amanah rakyat, berkata jujur kepada atasan, bersikap adil kepada bawahan, dan mengamalkan ilmu yang kita miliki. Sudahkah kita menjauhi segala macam bentuk kemaksiatan. Meninggalkan korupsi, menggelapkan uang rakyat dan berlaku curang demi meraih jabatan dan uang.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

TIPUAN, KEBOHONGAN, DAN KEPALSUAN KEHIDUPAN DUNIA

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan tipuan, kebohongan dan kepalsuan. Apa yang terlihat indah belum tentu indah dijalani demikian pula apa yang terlihat buruk belum tentu buruk ketika dijalani. Banyak orang yang tertipu dalam  menjalani kehidupan dunia ini  akhirnya hidup dalam penderitaan, kemelut, dan stress berkepanjangan yang tidak pernah berakhir.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah mengingatkan pada  kita tentang tipuan dan kepalsuan kehidupan dunia ini, agar kita hati hati dan waspada menghadapinya. Antara lain dalam surat Al-Hadid ayat 20 :
 







20). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(Al-Hadid : 20)

Kehidupan Dunia Hanya Permainan
Dalam surat Al-Hadid ayat 20 diatas Allah SWT menegaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah perrmainan, senda gurau, perhiasan, dan berlomba banyak tentang harta dan anak-anak. Perumpamaannya seperti tanaman-tanaman yang tumbuh subur menghijau mengagumkan para petani, kemudian menjadi kuning layu dan hancur. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, kesenangan fatamorgana.
Kehidupan dunia ini diperlihatkan indah bagi orang yang kafir dan tidak beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat. Orang yang kurang ilmunya dan condong mengikuti hawa nafsunya, lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat. Mereka asyik dengan permainan dan kesenangan dunia yang bersifat hanya sementara ini. Mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Umumnya mereka baru menyadari kekeliruannya jika nyawa sudah sampai di tenggorokan.

Dunia Tempat Singgah  Sementara
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan diakhirat kelak. Kehidupan dunia dibandingkan kehidupan akhirat tidaklah ada artinya. Rasulullah SAW mengatakan perbandingan kehidupan dunia dengan akhirat diumpamakan seperti seorang yang pergi ketepi pantai kemudian mencelupkan telunjuknya kedalam air laut. Maka air yang melekat ditelunjuknya  itulah perumpamaan hidup didunia dan air yang tertinggal dilautan itulah perumpamaan kehidupan  akhirat. Sungguh perbandingan yang amat mencolok.
Kita hidup di  dunia dibatasi oleh ruang dan waktu, mulai sejak dilahirkan dan berakhir sampai kita  wafat,  paling lama 90 atau 100 tahun. Kemampuan kitapun amat terbatas semakin tua kita semakin lemah. Sedang kehidupan akhirat dimulai sejak kita wafat sampai waktu yang tidak ada akhirnya (abadi).
Walaupun demikian sedikit sekali orang yang memahami hal itu, sebagian besar penduduk dunia ini lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada akhirat. Seluruh hidupnya tercurah untuk mencari harta, kekayaan, kesenangan, dan kenikmatan  hidup dunia, mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka menganggap kehidupan akhirat hanyalah hayalan kosong saja. Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surat Al-Insan ayat 27 :
 



27). Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).
(Al-Insan : 27)

Sebagian besar manusia lebih tertarik mengumpulkan harta dan kekayaan sebanyak- banyaknya daripada mengumpulkan amal ibadah untuk kehidupan akhirat. Mereka mencari harta dan kekayaan dengan menghalalkan segala cara tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka inilah kelompok orang yang tertipu oleh kehidupan dunia. Sikap kehati-hatian Rasulullah SAW dalam menghadapi kehidupan dunia bisa kita lihat dari beberapa riwayat berikut ini.
Suatu ketika Ibnu Mas’ud r.a. melihat Rasulullah SAW tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah SAW, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk !” Beliau menjawab :
Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan dibawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)
Umar ibnul Khaththab r.a. pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah SAW sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku melihat bekas tikar dilambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah”. Beliau menjawab: “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari No. 4913 dan Muslim No. 3676)


Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab r.a. berkata kepada Rasulullah SAW:
Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)
Demikianlah nilai dunia, bagi orang yang beriman. Orang yang bertakwa mengarungi dunia dengan hati-hati mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, mereka sadar bahwa dunia ini hanyalah  tempat hidup sementara, persinggahan  atau tempat penyeberangan. Di ujung sana menanti  kehidupan yang abadi  yang keutamaannya tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Pada hari berbangkit nanti manusia merasa bahwa mereka hanya tinggal didunia sebentar saja. Kehidupan didunia terasa amat singkat seperti sekejap mata saja dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.  Hal ini dinyatakan dalam surat An-Nazi’at ayat 46 :
 



46). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
(An-Nazi’at : 46)

Orang yang beriman lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Mereka selalu awas dan waspada terhadap berbagai jebakan dan tipuan dunia, yang dapat menghancurkan  kehidupan mereka di akhirat nanti.


Keyakinan yang Menipu
Sebuah kebohongan dan kebathilan jika sudah tertanam didalam fikiran bawah sadar seseorang, sulit untuk dikoreksi. Dibutuhkan usaha ekstra ketat dan ulet untuk membongkar kekeliruan itu. Mereka yang tidak mau berfikir dan menggunakan akalnya dengan baik akan terus terlena dalam kebohongan dan kebathilan itu.
Apa yang tertanam didalam fikiran bawah sadar merupakan kebenaran mutlak bagi setiap orang. Terlepas apakah paham mereka itu salah atau benar, baik atau buruk. Bagi mereka apa yang diyakini dalam bawah sadar itulah kebenaran yang harus dibela dan dipertahankan. Disinilah munculnya keyakinan yang menipu. Sangat sulit menyadarkan manusia dari keyakinan yang keliru dan menipu ini. Tanpa hidayah dan bimbingan Allah SWT seseorang tidak akan bisa keluar dari keyakinannya yang keliru itu.
Seseorang yang sudah ditanamkan keyakinan bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Tuhan, atau seorang penyembah berhala dan Tuhan-tuhan lainnya selain Allah SWT amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Bagi setiap orang apa yang sudah tertanam didalam alam bawah sadarnya adalah kebenaran  mutlak, tidak peduli apakah keyakinannya itu benar atau salah.
Misalnya Azar ayah Nabi Ibrahim,  yakin bahwa patung yang dibuatnya itulah Tuhan yang harus disembah. Keyakinan ini sudah tertanam didalam fikiran bawah sadarnya sejak masa kanak-kanak. Ketika Nabi Ibrahim mengingatkan bahwa keyakinannya itu keliru, ia marah besar pada Nabi Ibrahim. Azar tidak bisa menerima keyakinan Nabi Ibrahim yang mengatakan bahwa Tuhan yang harus disembah itu adalah Allah SWT, bukan patung-patung yang dibuat oleh ayahnya itu.
Kemudian orang-orang Quraisy seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan yang lainnya yakin bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Lata, Uzza, dan Manna. Didalam Ka’bah penuh berbagai macam patung dan berhala yang dianggap sebagai Tuhan oleh orang-orang Quraisy. Mereka tidak bisa menerima ajaran Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan bahwa Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah SWT yang maha Esa.
Demikianlah didunia ini mereka yang sudah memeluk satu keyakinan seperti umat Nasrani, Budha, Hindu, konghucu, Majusi, Sinto, Atheis dan para penyembah Dewa, amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Mereka tidak bisa menerima ajaran yang mengatakan bahwa agama yang benar itu adalah Islam, Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah SWT. Mereka tetap kukuh dengan pendirian dan keyakinan mereka.
Mereka baru menyadari kekeliruan mereka nanti setelah datang kematian, dan tersingkaplah semua hijab yang menutup hati dan fikiran mereka selama ini. Ketika itu mereka berseru mohon pada Allah SWT agar dikembalikan hidup kedunia kembali, agar mereka bisa memperbaiki kekeliruan mereka selama ini, seperti disebutkan dalam surat Al-Muminun ayat 99-100 :
 





99). (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), 100). agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
(Al-Muminun : 99-100)

Hanya orang yang mau berfikir dan menggunakan akalnya dengan baik dan benar yang bisa keluar dari  keyakinan yang menipu itu. Agama Islam adalah agama bagi orang yang berakal dan mau berfikir. Salah satu keluhan orang kafir diakhirat nanti adalah seperti yang disebutkan dalam surat Al-Mulk ayat 10 :
 



10). Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk : 10)

Masih banyak jumlah umat manusia yang belum mengenal Islam didunia ini, 80% penduduk dunia yang berjumlah hampir 7 milyar ini masih tertipu oleh keyakinan yang mereka anut turun temurun dari nenek moyang mereka. Mereka menyangka apa yang mereka yakini itu sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa digugat lagi. Mereka hanya mengikuti tradisi dan kepercayaan leluhur mereka secara membabi buta. Hati mereka tertutup untuk menerima kebenaran Islam. Walaupun seruan dakwah sudah sampai kepada mereka.  Banyak juga diantara mereka yang menerima informasi yang keliru tentang islam, akhirnya malah kejangkitan Islam phobia. Mereka semakin jauh dari hidayah dan petunjuk. Inilah tantangan dakwah bagi umat Islam dewasa ini.

Kemewahan Dunia yang Menipu
Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Rasulullah SAW melihat seorang nenek tua yang bersolek memanggil-manggilnya. Beliau bertanya pada Malaikat jibril, ‘’siapakah wanita tua yang bersolek itu?’’. Malaikat Jibril menjelaskan, ‘’Itulah dunia, semakin tua ia kelihatan semakin menarik, banyak manusia yang tertipu olehnya’’.
Kemewahan dan kesenangan  hidup dunia sekarang ini betul-betul amat menggoda. Banyak orang yang tertipu, mereka ingin menikmati hidup selama-lamanya. Mereka yang sudah merasakan kenikmatan dunia umumnya lupa pada kehidupan akhirat. Rata-rata mereka cinta dunia dan takut  dengan kematian. Padahal Allah SWT telah mengingatkan dalam surat Al-Hadid ayat 20:

10). Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan tipuan (palsu).
(Al-Hadid : 10)

Bagi orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat kehidupan dunia ini tidak lebih berharga daripada bangkai seekor anak kambing yang sudah rusak. Rasulullah SAW mengumpamakan kehidupan dunia ini seperti bangkai anak kambing yang tidak berharga. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkisah, “Rasulullah SAW melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)
Rasulullah SAW pun pernah bersabda:
 Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)

Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa Allah SWT telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apakah lagi mereka mengetahui bahwa Rasulullah SAW hidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah SWT sebanyak-banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.
Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini :
 Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)

Banyak manusia yang tertipu oleh kehidupan dunia, mereka berfoya-foya menghabiskan harta dan waktunya untuk menimati kehidupan dunia, dan mereka lupa pada kehidupan akhirat. Seluruh waktu dan fikirannya tercurah untuk mendapatkan kekayaan dan harta dunia, mereka tidak punya waktu untuk beribadah dan mengerjakan amal saleh bagi kehidupan akhirat.
Mereka sudah menghabiskan semua rezekinya didunia ini untuk memuaskan hawa nafsunya, dan diakhirat mereka tidak mendapat apa-apa selain azab neraka sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 20 :
 







20). “Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka, kepada mereka dikatakan, ‘Kalian telah menghabiskan kesenangan hidup (rezeki yang baik-baik) kalian dalam kehidupan duniawi saja dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq dan karena kalian berbuat kefasikan”. (Al-Ahqaf : 20)

Orang yang tidak percaya pada kehidupan akhirat, menganggap kita hidup dan mati hanya karena proses alam saja. Setelah datang kematian maka selesailah semua masalah, karena itu mereka berusaha menikmati hidup ini sepuas-puasnya. Mereka merasa rugi kalau tidak bisa meraih sukses, kemenangan, kemuliaan dan kekayaan berlimpah didunia ini. Mereka mengerahkan semua energi dan kekuatannya untuk meraih sukses dan kemenangan dunia, dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak takut dengan dosa dan kesalahan, karena mereka tidak percaya akan adanya kehidupan akhirat.

Jangan Tertipu Kehidupan Dunia
Allah SWT telah banyak mengingatkan dalam-Al Qur’an agar kita hati-hati dan waspada terhadap tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan, salah satunya dalam surat Fathir ayat 5 :
 




5). Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Fathir : 5)

Hiduplah didunia secara sederhana jangan berlebih-lebihan dalam kemewahan. Karena kemewahan dan kesenangan yang dinikmati itu bisa mematikan hati dan jiwa. Perbanyaklah ibadah dan dzikir pada Allah SWT, kumpulkan  bekal untuk kehidupan akhirat sebanyak-banyaknya dengan mengerjakan amal-amal soleh dan pekerjaan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Jauhkan diri dari perbuatan dosa dan hal-hal yang dimurkai Allah SWT, perbanyak istighfar mohon ampun atas berbagai dosa dan kesalahan. Ingat kehidupan akhirat lebih utama daripada kehidupan dunia. Dunia ini penuh kepalsuan dan kebohongan. Kehidupan dunia hanya kebidupan sementara dalam waktu yang terbatas sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi yang tidak ada batas akhirnya.
Bentengi diri dari tipu daya kehidupan dunia dengan berusaha memahami ajaran Islam secara benar. Perbaiki mutu shalat dengan berusaha untuk mengerti dan paham setiap ayat dan kalimat yang dibaca dalam shalat. Baca Al-Qur’an secara rutin setiap hari dengan berusaha memahami kandungan ayat-ayat tersebut. Perbanyak amal ibadah dzikir dan tasbih untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, agar Allah SWT memberikan pandangan batin yang luas dan dalam sehingga mampu membedakan antara yang haq dan bathil secara tepat.
Disamping tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan kita juga berhadapan dengan ajaran ajaran yang menyesatkan. Banyak dukun, paranormal berbaju kyai atau ustadz. Muncul aliran yang mengatas namakan Islam padahal kegiatannya tidak islami. Waspadalah dengan ajaran yang mengatas namakan Islam namun ajarannya menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah, seperti aliran Syi’ah, Ahmadiyah, LDII, NII, Kelompok Islam Radikal yang mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka, dan lain sebagainya. Berpegang teguhlah pada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena kelompok yang menyesatkan ini tidak akan pernah lenyap sampai hari kiamat, bahkan jumlahnya akan semakin membesar.
Orang yang beriman dan bertawakal serta berpegang teguh pada Al-Qur’an merupakan  kelompok minoritas dibumi ini. Jumlah umat Islam didunia hanya 20% dari populasi manusia didunia ini, itupun yang sungguh sungguh beriman dan bertakwa amatlah sedikit.  Sebagaimana banyak disebutkan dalam Al-Qur’an :
Qoliilan maa tu’minuun (sedikit sekali kamu yang beriman).
Qoliilan maa tasykurun (sedikit sekali kamu yang bersyukur).
Qoliilan maa tadzakkaruun (sedikit sekali kamu mengambil pelajaran).
Faqoliilan maa yu’minuun (maka sedikit sekali mereka yang beriman).

Sebagian besar manusia dalam keadaan tertipu dan tidak beriman pada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Jangan heran jika melihat sebagian besar manusia yang ada dibumi ini tidak beriman pada Allah SWT.  Lebih dari 80% penduduk bumi yang berjumlah 7 milyar ini  menyembah berhala, patung dan mempersekutukan Allah SWT. Sebagaimana banyak disebutkan dalam Al-Qur’an :
Wa lakinna aktsaronnasi laa ya’lamuun (kebanyakan manusia tidak tahu).
Aktsaronnaasi laa yasykurun (kebanyakan manusia tidak bersyukur).
Aktsaronnasi laa yu’minuun (kebanyakan manusia tidak beriman).
Aktsarohum laa ya’qiluun (kebanyakan mereka tidak paham).

Berhati-hatilah menghadapi tipu daya kehidupan dunia, masuklah kedalam kelompok minoritas, jangan tertarik pada kelompok mayoritas yang sebagian besar tertipu oleh kehidupan dunia.
Jangan tertarik dan kagum pada kekayaan berlimpah, kemewahan, dan kekuasaan  yang diberikan Allah SWT pada orang-orang yang tidak beriman itu, mereka itu semuanya berada dalam keadaan tertipu sebagaimana diingatkan Allah SWT dalam surat Thaha ayat 131 :






131). Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha : 131)


Orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat paham betul dengan sifat dunia yang menipu. Mereka tidak tertarik pada kemewahan dan keindahan dunia. Mereka lebih mengutamakan mencari keridhaan Allah SWT dengan mematuhi perintah dan larangannya. Mereka rela mengorbankan kehidupan dunianya untuk mendapatkan  kehormatan dan kemuliaan hidup di akhirat.