Selasa, 22 Maret 2016

‘’ SIAPAKAH ORANG YANG CERDAS, ORANG YANG KAYA, DAN ORANG YANG KUAT ITU ? '‘



Assalamu'alaikum Wr. Wb.




(1). SIAPAKAH ORANG YANG CERDAS ITU ?
Ketika orang menyadari adanya kehidupan selain kehidupan dunia ini, ia tentu akan menyiapkan sebaik mungkin untuk bekal kehidupan kelak. Orang yang cerdas bukanlah orang yang memperoleh pangkat doktor atau profesor. Atau orang yang telah mempu menciptakan suatu teori supersulit atau insinyur yang mempu menciptakan mega proyek yang tak tertandingi. Tapi, orang sukses adalah mereka yang mampu menghitung-hitung amalnya untuk persiapan kehidupan setelah mati.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar: “Kami bersepuluh datang kepada Nabi SAW, ketika seorang Anshar berdiri dan bertanya: ‘Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdas dan paling mulia?’ Maka Rasulullah menjawab: ‘Mereka yang paling banyak mengingat mati dan paling banyak mempersiapkan kematian. Merekalah orang yang paling cerdas. Mereka akan pergi dengan mendapatkan kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW. bersabda, ”Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan kepada Allah”.  (HR. Ibnu Majah).

Jadi, orang yang cerdas adalah orang yang tahu bagaimana mempersiapkan mati. Mengingat mati atau mempersiapkan kematian yang dimaksud bukan hanya terkait dengan kain kafan, harta warisan, surat wasiat, atau lahan pekuburan. Manusia cerdas tentu lebih giat mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah mati. Mereka tahu bagaimana merubah yang fana ini menjadi sesuatu yang kekal. Misalnya, bagaimana caranya harta yang fana ini bisa berubah menjadi kekal? Maka caranya adalah dengan mengeluarkan sebagian atau semuanya kalau memungkinkan dari harta itu untuk tabungan akhiratnya. Sebagai investasi di hari, di mana orang tidak lagi mampu mengiventasikan hartanya.

Orang cerdas selalu memikirkan tentang kematian. Karena kematian adalah sesuatu hal yang misterius yang hanya Allah saja yang tahu. Tinggal bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita.”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali-Imran:102)

Ia juga memikirkan saat dirinya dibangkitkan kembali di yaumul hisab atau hari perhitungan amal perbuatan selama di dunia. Sebagaimana dikabarkan Rasulullah SAW: “Tidak ada seorangpun di antara kalian kecuali akan diajak bicara oleh Allah tanpa penerjemah. Kemudian ia menengok ke kanan, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Ia pun menengok ke kiri, maka ia tidak melihat kecuali apa yang pernah dilakukannya (di dunia). Lalu ia melihat ke depan, maka ia tidak melihat kecuali neraka ada di depan wajahnya. Karena itu jagalah diri kalian dari neraka meski dengan sebutir kurma.” (HR. Bukhori Muslim)

Orang-orang yang sadar dan tahu hakekat antara dunia dan akherat, akan merasa ringan ketika meninggalkan dunia dan tidak ada rasa takut untuk mati. Karena dengan perantaraan kematian manusia akan mendapatkan hakekat kehidupan, kekekalan, kenikmatan dan bertemu dengan penciptanya. Hal ini bukan berarti orang mukmin tidak takut mati, tetapi yang dimaksudkan adalah sebagaimana di ungkapkan para shahabat kepada Rasulullah, " Wahai Rasulullah semua kita tidak suka dengan kematian! Rasulullah menjawab, " Bukan itu maksudnya, tetapi ketika orang mukmin diperlihatkan kepadanya tetang sesuatu yang akan datang untuknya, ia senang untuk bertemu kepada Allah dan Allah pun senang bertemu dengannya. (HR. Bukhori).
Adapun orang-orang yang telah terperdaya dengan tipuan dunia, akan selalu takut untuk mati karena tidak ada bekal yang akan mereka bawa untuk ke akhirat. Ketika kematian mendatangi mereka dan diperlihatkan apa yang akan mereka peroleh nantinya "Mereka tidak suka untuk bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengnnya " (HR. Bukhori).
Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah, agar dapat mempersiapkan pertemuan kita dengan-Nya, dengan persiapan terbaik. Amin.

(2). SIAPAKAH ORANG YANG KAYA DAN MISKIN ITU ?

Hakikat kaya menurut pandangan kita tentu sangat berbeda jika dibandingkan pandangan suri tauladan kita Nabi Muhammad Shallahu'alaihi wassalam. Bagi kita mungkin orang kaya adalah orang yang memiliki harta yang banyak nan melimpah, dan begitu juga dengan si miskin, menuruk kita adalah mereka yang kekurangan harta untuk kehidupannya sehari-hari.

Akan tetapi pada dasarnya, bukanlah harta dan kekuasaan yang menjadi tolak ukur orang itu disebut kaya ataupun miskin. tetapi sebutan si Miskin dan Si Kaya sebenarnya adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam salah satu haditsnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan/kecukupan (dalam) jiwa (hati).”(HR. al-Bukhari No. 6081 dan Muslim No. 1051)

Bukanlah kekayaan yang hakiki (dirasakan) dengan banyaknya harta, karena banyak orang yang Allah jadikan hartanya berlimpah tidak merasa cukup dengan pemberian Allah tersebut, sehingga dia selalu bekerja keras untuk menambah hartanya dan dia tidak peduli dari mana pun harta tersebut berasal (dari cara yang halal atau haram). Maka (dengan ini) dia seperti orang yang sangat miskin karena (sifatnya) yang sangat rakus. Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan (dalam) jiwa (hati), yaitu orang yang merasa cukup, qana’ah dan ridha dengan rezeki yang Allah limpahkan kepadanya, sehingga dia tidak (terlalu) berambisi untuk menambah harta (karena dia telah merasa cukup) dan tidak ngotot mengejarnya, maka dia seperti orang kaya.” (Kitab Tuhfatul ahwadzi, (7/35)

(3). SIAPAKAH ORANG YANG KUAT ITU ?
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,"Orang kuat bukanlah yang kuat dalam bergulat, namun orang yang mampu menguasai dirinya tatkala Marah.
(HR. Muttafaq 'Alaih)

Hal-Hal Penting dari Hadits:
a). Hadits ini menunjukkan bahwa kekuatan hakiki itu bukanlah terletak pada kekuatan otot dan kekuatan badan. Namun kekuatan hakiki itu berupa kekuatan maknawi.

Jadi bukanlah seorang yang kuat itu adalah orang yang selalu menang dalam setiap pertarungan. Tetapi seorang yang mampu untuk menahan dan mengalahkan hawa nafsunya tatkala kemarahannya telah memuncak hingga ia tidak terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan, baik berupa perbuatan zhalim, perkataan2 yang diharamkan, seperti mencela, melaknat atau menuduh seorang berbuat zina dan lain-lain.

b). Marah itu adalah sebuah tekanan yang berada di dalam diri seorang manusia. Maka jika tekanan tsb mendapat rangsangan, ia akan keluar dengan wujud keinginan untuk menyakiti dan menguasai.
Maka seorang yang kuat yaitu orang yang senantiasa dapat berjuang mengatasi rangsangan tsb hingga pupuslah keinginannya untuk menyakiti dan menguasai saudaranya.

c). Adapun pengertian dari hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari (6116) dari hadits Abu Hurairah,
"Bahwa seorang laki-laki pernah berkata kepada Nabi SAW, 'wahai Rasulullah SAW berilah wasiat kepadaku!', maka beliau bersabda,"Janganlah engkau marah,"

Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah, agar dapat mempersiapkan pertemuan kita dengan-Nya, dengan persiapan terbaik. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

PERJALANAN RUH KETIKA MENINGGALKAN JASAD



Sesuatu yang paling ditakuti oleh setiap orang adalah kematian, berbagai usaha dilakukan untuk menghindarkan diri dari kematian. Namun bagaimanapun usaha yang dilakukan jika datang saat ajal tidak seorangpun dapat menghindar dari sergapannya. Kematian bisa datang setiap saat , kapan saja tanpa bisa diduga sebelumnya.
Manusia terlalu asyik dengan kehidupan dunia sehingga kebanyakan manusia tidak  menyadari dan tidak menyiapkan diri untuk menghadapi saat  datangnya ajal.  Kematian bukanlah akhir dari segalanya, justru kematian merupakan awal perjalanan panjang yang tiada akhir. Orang yang cerdas dan mengerti mempersiapkan diri dan perbekalan dengan sebaik baiknya  untuk menghadapi datangnya kematian itu. Mereka sadar betul bahwa dibelakang kematian masih ada kehidupan panjang yang harus dilalui berupa alam barzakh, padang mahsyar, dan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Mereka sadar betul bahwa kehidupan dunia ini tidak ada artinya dibandingkan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi selama-lamanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Jumuah ayat 8 :



 





Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu 
 apa yang telah kamu kerjakan”. (Al-Jumuah  : 8 )

Orang yang dungu dan bodoh tapi merasa paling cerdas dan pandai, tidak pernah peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka hanya mempersiapkan hidupnya untuk kehidupan dunia saja. Segala sesuatu diukur dengan kesuksesan materi. Mereka hanya mempersiapakan hidupnya untuk sampai hari tua. Mereka menabung, menanam  investasi, ikut berbagai asuransi, membangun rumah, gedung mewah, dan  harta berlimpah untuk persiapan hari tua. Mereka baru menyadari semua kekeliruan mereka itu  tatkala nyawa sudah sampai ditenggorokan , dan semua itu sudah terlambat.
Setelah nyawa berpisah dari badan , mereka baru menyadari kebodohan dan kekeliruan mereka . Dialam barzakh mereka berseru minta dikembalikan hidup kedunian lagi untuk memperbaiki semua kebodohan dan kekeliruan yang telah mereka lakukan selama hidup didunia  sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Muminun ayat 99-100:
99). (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).
100).  Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.
(Al-Muminun : 99-100)
Namun semua sudah terlambat , nasi sudah menjadi bubur . Tidak ada jalan bagi mereka untuk kembali hidup kedunia , karena antara mereka dan alam dunia ada barzakh (dinding) yang amat kokoh dan tidak bisa ditembus.
Tidak banyak hal yang kita ketahui tentang kehidupan dialam barzakh dan proses keluarnya ruh dari tubuh ketika sakratul maut. Sejak dahulu sampai sekarang belum ada orang yang berhasil menembus alam barzakh itu untuk menceritakan pengalaman mereka dialam barzakh kepada kita yang hidup didunia ini. Kita hanya dapat informasi tentang alam barzakh dari kitab suci Al qur’an atau hadist yang disampaikan Rasulullah. Diantaranya adalah hadist terkenal dari al Barro’ bin Azib:
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Mereka  sedang menanti penggalian kubur se seorang yang baru saja meninggal.
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan kepada mereka  untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia mempersiapkan  diri untuk menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi Allah.
Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
 “Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,



Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit  dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (Al A’raaf 40)
 Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”.
(Al-Hajj: 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Demikianlah  keadaan orang mukmin dan orang  kafir tatkala meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab

Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
 “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Di dalam sebuah hadits yang shohih dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu , bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seorang hamba yang muslim bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya dia akan bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya muhammad adalah utusan Allah”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang disiksa oleh Allah di alam kubur bukan hanya  karena kekafiran saja tetapi juga karena dosa-dosa besar. Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Demikianlah sedikit gambaran tentang saat keluarnya ruh dari tubuh ketika proses sakratul maut dan beberapa kejadian sesudah itu yang disampaikan Rasulullah pada kita. Mudah mudahan kisah diatas dapat memotivasi kita untuk lebih bergiat mengerjakan amal saleh untuk menyiapkan perbekalan kita menempuh perjalan panjang dialam barzakh kelak.