Minggu, 22 November 2015

MENYAMBUT DATANGNYA KEMATIAN

Datangnya kematian atau ajal adalah sesuatu yang amat ditakuti oleh kebanyakan orang. Karena itu Allah SWT mengingatkan bahwa kematian yang kamu takuti itu pasti akan menemui kamu diamanapun kamu berada. Tidak ada tempat yang aman dimuka bumi ini dari sergapan malaikat maut.
Bagi orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan.  Kematian merupakan pintu gerbang kehidupan akhirat, saat dimana kelak kita akan berjumpa dan bertemu dengan  Allah SWT.  Saat dimana kelak kita dapat memandang wajah Allah SWT dengan sepuas puasnya.  Barang siapa yang berharap untuk berjumpa dengan Allah SWT kelak diakhirat maka saat perjumpaan itu pasti akan terjadi sebagaimana diingatkan Allah SWT dalam surat Al-Ankabut ayat 5 :
Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.  (Al-Ankabut: 5)

Bagi orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat, kematian merupakan saat yang selalu mereka nantikan. Itulah saatnya mereka memulai kehidupan baru  kehidupan yang abadi dialam akhirat. Itulah saatnya mereka kembali keharibaan Allah SWT, setelah mengalami berbagai penderitaan dan perjuangan yang berat didunia menghadapi tipu daya dunia dan syetan yang menyesatkan. Mereka ditempatkan Allah SWT dialam barzakh ditempat yang menyenangkan sampai datangnya hari berbangkit kelak, sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam surat Ali-‘Imran  ayat 169 :
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (Ali-‘Imran: 169)
Mereka yang tidak beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat serta tidak berharap untuk berjumpa dengan Allah SWT, amatlah takut dengan kematian ini.  Kematian merupakan saat berpisah dengan kehidupan dunia yang amat dicintainya. Harta yang berlimpah, gedung yang mewah dan  indah, taman dan kebun, berbagai bisnis dan perusahaan, kendaraan, istri, anak-anak, karib kerabat, jabatan dan berbagai kehormatan serta kemuliaan hidup,  harus mereka tinggalkan untuk selama lamanya. Mereka tidak percaya dan tidak punya harapan dengan kehidupan akhirat, mereka hanya percaya dengan kehidupan dunia. Karena itu kematian merupakan bencana dan musibah besar bagi mereka.
Mereka tidak siap sama sekali untuk menghadapi kehidupan akhirat. Allah SWT menempatkan mereka ditempat yang hina dialam barzakh. Ketika itu mereka baru menyadari semua kekeliruannya, mereka berseru minta dikembalikan hidup kedunia agar mereka bisa berbuat amal kebaikan berbeda dengan apa yang sudah mereka lakukan dahulu.  Namun penyesalan tinggal penyesalan, pintu taubat sudah tertutup, mereka tidak mungkin kembali lagi kedunia antara alam kubur dan kehidupan dunia ada dinding (barzakh) yang tidak mungkin  ditembus , sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Muminun ayat 99-100 :
99). (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
100). agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.  (Al-Muminun: 99-100)
Saat Ketika Ajal  Datang
Datangnya kematian merupakan suatu hal yang pasti, tidak seorangpun dapat menghindar dan lari daripadanya. Allah SWT mengingatkan agar kita selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi datangnya kematian itu. Dan Allah SWT juga mengingatkan agar kita mempersiapkan perbekalan kita untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Hasyr ayat 18 :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Hasyr : 18)
Mereka yang  masih berusia muda mungkin tidak tertarik membicarakan tentang mati ini, hati dan fikirannya masih fokus pada masalah kehidupan dunia. Mereka tidak tertarik membicarakan tentang hal yang berkaitan dengan masalah akhirat.  Ini hal yang wajar saja. Namun perlu diingat bahwa kematian itu bisa datang pada siapa saja tanpa memandang usia.  Allah SWT memberikan umur pada manusia bermacam-macam, ada yang hanya beberapa menit, ada yang beberapa jam, ada yang beberapa hari, ada yang beberapa bulan, ada yang beberapa tahun, ada yang dipanjangkan usianya sampai tua renta dan pikun hingga tidak tahu laigi apa yang pernah diketahui. Bagi mereka yang masih muda sebaiknya sisihkan juga waktu untuk memikirkan kehidupan akhirat disamping memikirkan kehidupan dunia. Karena kematian itu tidak memandang usia, tidak seorang pun tahu kapan datangnya kematian itu. Bagi mereka yang sudah berusia diatas 50 atau 60 tahun sebaiknya mulailah cenderung mempersiapkan diri untuk memghadapi datangnya ajal. Kurangi kegiatan dunia dan perbanyak kegiatan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.
Husnul Khotimah atau Su’ul Khotimah
Saat kematian adalah saat yang amat menentukan bagi kehidupan selanjutnya dialam akhirat. Ada orang yang diwafatkan Allah SWT dalam keadaan taat beribadah, banyak mengerjakan amal kebaikan, dan diwafatkan dengan mudah tanpa mengalami kesulitan atau penderitaan. Insya allah mereka termasuk orang yang mendapatkan khusnul khotimah. Insya Allah mereka akan mendapat kenikmatan dan kesenangan selama hidup dialam barzakh, dihari berbangkit, dan dimasukan kedalam taman syurga dihari pembalasan , hidup kekal dan abadi selamanya disana.
Dalam kehidupan sehari hari kita banyak menjumpai orang yang diwafatkan Allah SWT dengan mudah dan tidak mengalami sakit atau penderitaan sedikitpun. Mereka wafat dengan tenang dan damai. Bahkan ada yang sempat mengumpulkan anak cucunya, berwasiat dan memberikan nasihat, kemudian mengucapkan salam perpisahan dan meninggal dengan tenang, seberkas senyum merekah dari bibirnya penuh kebahagiaan. Mereka dilepas dengan ikhlas oleh anak cucu dan sanak familinya dan disambut dengan salam penghormatan oleh para Malaikat di alam barzakh.  Merekalah yang dimaksud Allah SWT dengan firmannya dalam surat An-Nahl ayat 32 :
32).  (yaitu) orang-orang yang diwafatkan  dalam keadaan baik oleh para Malaikat  dengan mengatakan (kepada mereka): “Salaamun’alaikum, masuklah kamu ke dalam Syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”(An-Nahl : 32)
Ada pula orang yang diwafatkan Allah SWT dalam keadaan kufur dan ingkar pada Allah SWT, bergelimang dosa dan kemaksiatan, dan diwafatkan dalam keadaan menderita dan penuh kesulitan, mereka itulah orang yang mendapatkan su’ul khotimah. Mereka akan mendapatkan azab dan berbagai penderitaan dialam kubur, dihari berbangkit, dan dimasukan kedalam neraka yang panas membakar, hidup kekal abadi selamanya disana.
Dalam kehidupan sehari hari kita juga banyak menemui orang yang diwafatkan Allah SWT dalam keadan tersiksa dan melalui penderitaan yang amat sangat. Sebelum wafat mereka didera rasa sakit dan ketakutan yang amat sangat. Ketika datang kematian mereka menjerit melolong panjang melepaskan nyawanya dengan rasa sakit dan derita yang amat sangat. Merekalah yang dimaksud Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 50 :
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri).  (Al-Anfal : 50)
 Persiapan Menyambut Datangnya Ajal
Bagi mereka yang sudah berusia diatas 50 atau 60 tahun sebaiknya mulailah mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya ajal. Kita tidak tahu kapan datangnya ajal itu, namun ia pasti akan menemui kita. Tentunya setiap orang yang beriman ingin mendapatkan khusnul khotimah, wafat dengan cara yang baik, dan ditempatkan pada tempat terhormat disisi Allah SWT kelak. Berdoalah pada Allah SWT agar diwafatkan dengan cara yang baik dan mendapat tempat terhormat disinya.
Bacalah surat Al-Jumuah ayat 8 dibawah ini dengan tartil dan penuh penghayatan.


Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.  (Al-Jumuah : 8)
Kemudian tadabburi ayat tersebut dan minta 5 hal sebagai berikut dibawah ini :
“Ya Allah, telah kau ingatkan pada kami dalam Al-Qur’an-Mu Yang Agung.  Bahwa kematian yang kami lari daripadanya pasti akan menemui kami dimanapun kami berada. Kemudian kami akan dikembalikan kepada-Mu yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Kemudian Engkau akan mengabarkan kepada kami apa saja yang telah kami kerjakan selama ini.
Ya Allah jika datang saat yang kau janjikan itu, kami mohon pada-Mu wafatkan kami dalam khusnul khotimah, mudahkan kami menempuh sakratul maut, jadikan kami ikhlas dan ridho meninggalkan kehidupan dunia ini, sambut kami dengan salam penghormatan dari-Mu dan para Malaikat-Mu dan tempatkan kami pada tempat terhormat disisi-Mu. Ya Allah, perkenankanlah permohonan kami ini Engkaulah sebaik-baik yang memperkenankan doa.  Amin...”
Ada 5 hal yang kita mintakan pada Allah SWT dalam tadabbur tersebut diatas yaitu :
1.    Mohon agar diwafatkan dalam khusnul khotimah, diwafatkan dalam keadaan taat dan patuh pada Allah SWT, jauh dari perbuatan dosa, maksiat,  dan perbuatan musyrik.
2.    Mohon pada Allah SWT agar dimudahkan dalam menempuh sakratul maut, diwafatkan dengan mudah tanpa mengalami penderitaan dan rasa sakit yang amat sangat.
3.    Mohon pada Allah SWT agar hati ikhlas dan ridha meninggalkan kehidupan dunia ini, tidak ada beban dunia yang mengelayuti perasaan  seperti hutang piutang, perniagaan dan bisnis, anak dan istri, karib kerabat, pangkat jabatan atau kehormatan, harta benda dan kekayaan lainnya.
4.    Mohon pada Allah SWT agar disambut dengan salam penghormatan dari Allah SWT dan para Malaikat-Nya ketika memasuki alam barzakh, sebagaimana yang disebutkan Allah SWT dalam surat Yasin ayat 51 dan surat Ar-Ra’d ayat 22-23.
5.    Mohon pada Allah SWT agar ditempatkan pada tempat terhormat disisi-Nya bersama para Nabi, Rasul, dan Orang-orang shaleh dan benar.

Dengan selalu membaca tadabbur dan doa tersebut diatas, Insya Allah kematian bukanlah merupakan suatu  hal yang menakutkan lagi,  bahkan merupakan saat kebahagiaan yang selalu dinantikan kedatangannya. Bacalah  tadabbur dan doa  tersebut diatas minimal sekali sehari setiap selesai shalat subuh. Mudah mudahan Allah SWT mengabulkan dan anda diwafatkan dalam khusnul khotimah. Amin...

TIPUAN, KEBOHONGAN, DAN KEPALSUAN KEHIDUPAN DUNIA

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan tipuan, kebohongan dan kepalsuan. Apa yang terlihat indah belum tentu indah dijalani demikian pula apa yang terlihat buruk belum tentu buruk ketika dijalani. Banyak orang yang tertipu dalam  menjalani kehidupan dunia ini  akhirnya hidup dalam penderitaan, kemelut, dan stress berkepanjangan yang tidak pernah berakhir.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah mengingatkan pada  kita tentang tipuan dan kepalsuan kehidupan dunia ini, agar kita hati hati dan waspada menghadapinya. Antara lain dalam surat Al-Hadid ayat 20 :


20). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(Al-Hadid : 20)

Kehidupan Dunia Hanya Permainan
Dalam surat Al-Hadid ayat 20 diatas Allah SWT menegaskan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah perrmainan, senda gurau, perhiasan, dan berlomba banyak tentang harta dan anak-anak. Perumpamaannya seperti tanaman-tanaman yang tumbuh subur menghijau mengagumkan para petani, kemudian menjadi kuning layu dan hancur. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, kesenangan fatamorgana.
Kehidupan dunia ini diperlihatkan indah bagi orang yang kafir dan tidak beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat. Orang yang kurang ilmunya dan condong mengikuti hawa nafsunya, lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat. Mereka asyik dengan permainan dan kesenangan dunia yang bersifat hanya sementara ini. Mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Umumnya mereka baru menyadari kekeliruannya jika nyawa sudah sampai di tenggorokan.

Dunia Tempat Singgah  Sementara
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan diakhirat kelak. Kehidupan dunia dibandingkan kehidupan akhirat tidaklah ada artinya. Rasulullah SAW mengatakan perbandingan kehidupan dunia dengan akhirat diumpamakan seperti seorang yang pergi ketepi pantai kemudian mencelupkan telunjuknya kedalam air laut. Maka air yang melekat ditelunjuknya  itulah perumpamaan hidup didunia dan air yang tertinggal dilautan itulah perumpamaan kehidupan  akhirat. Sungguh perbandingan yang amat mencolok.
Kita hidup di  dunia dibatasi oleh ruang dan waktu, mulai sejak dilahirkan dan berakhir sampai kita  wafat,  paling lama 90 atau 100 tahun. Kemampuan kitapun amat terbatas semakin tua kita semakin lemah. Sedang kehidupan akhirat dimulai sejak kita wafat sampai waktu yang tidak ada akhirnya (abadi).
Walaupun demikian sedikit sekali orang yang memahami hal itu, sebagian besar penduduk dunia ini lebih mengutamakan kehidupan dunia dari pada akhirat. Seluruh hidupnya tercurah untuk mencari harta, kekayaan, kesenangan, dan kenikmatan  hidup dunia, mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka menganggap kehidupan akhirat hanyalah hayalan kosong saja. Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surat Al-Insan ayat 27 :



27). Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).
(Al-Insan : 27)

Sebagian besar manusia lebih tertarik mengumpulkan harta dan kekayaan sebanyak- banyaknya daripada mengumpulkan amal ibadah untuk kehidupan akhirat. Mereka mencari harta dan kekayaan dengan menghalalkan segala cara tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka inilah kelompok orang yang tertipu oleh kehidupan dunia. Sikap kehati-hatian Rasulullah SAW dalam menghadapi kehidupan dunia bisa kita lihat dari beberapa riwayat berikut ini.
Suatu ketika Ibnu Mas’ud r.a. melihat Rasulullah SAW tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah SAW, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk !” Beliau menjawab :
Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan dibawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)
Umar ibnul Khaththab r.a. pernah menangis melihat kesahajaan Rasulullah SAW sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku melihat bekas tikar dilambung/rusuk beliau, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.) dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah”. Beliau menjawab: “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari No. 4913 dan Muslim No. 3676)


Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab r.a. berkata kepada Rasulullah SAW:
Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan (memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 3679)
Demikianlah nilai dunia, bagi orang yang beriman. Orang yang bertakwa mengarungi dunia dengan hati-hati mereka enggan untuk tenggelam di dalamnya, mereka sadar bahwa dunia ini hanyalah  tempat hidup sementara, persinggahan  atau tempat penyeberangan. Di ujung sana menanti  kehidupan yang abadi  yang keutamaannya tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Pada hari berbangkit nanti manusia merasa bahwa mereka hanya tinggal didunia sebentar saja. Kehidupan didunia terasa amat singkat seperti sekejap mata saja dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan abadi.  Hal ini dinyatakan dalam surat An-Nazi’at ayat 46 :
 



46). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
(An-Nazi’at : 46)

Orang yang beriman lebih mementingkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Mereka selalu awas dan waspada terhadap berbagai jebakan dan tipuan dunia, yang dapat menghancurkan  kehidupan mereka di akhirat nanti.


Keyakinan yang Menipu
Sebuah kebohongan dan kebathilan jika sudah tertanam didalam fikiran bawah sadar seseorang, sulit untuk dikoreksi. Dibutuhkan usaha ekstra ketat dan ulet untuk membongkar kekeliruan itu. Mereka yang tidak mau berfikir dan menggunakan akalnya dengan baik akan terus terlena dalam kebohongan dan kebathilan itu.
Apa yang tertanam didalam fikiran bawah sadar merupakan kebenaran mutlak bagi setiap orang. Terlepas apakah paham mereka itu salah atau benar, baik atau buruk. Bagi mereka apa yang diyakini dalam bawah sadar itulah kebenaran yang harus dibela dan dipertahankan. Disinilah munculnya keyakinan yang menipu. Sangat sulit menyadarkan manusia dari keyakinan yang keliru dan menipu ini. Tanpa hidayah dan bimbingan Allah SWT seseorang tidak akan bisa keluar dari keyakinannya yang keliru itu.
Seseorang yang sudah ditanamkan keyakinan bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Tuhan, atau seorang penyembah berhala dan Tuhan-tuhan lainnya selain Allah SWT amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Bagi setiap orang apa yang sudah tertanam didalam alam bawah sadarnya adalah kebenaran  mutlak, tidak peduli apakah keyakinannya itu benar atau salah.
Misalnya Azar ayah Nabi Ibrahim,  yakin bahwa patung yang dibuatnya itulah Tuhan yang harus disembah. Keyakinan ini sudah tertanam didalam fikiran bawah sadarnya sejak masa kanak-kanak. Ketika Nabi Ibrahim mengingatkan bahwa keyakinannya itu keliru, ia marah besar pada Nabi Ibrahim. Azar tidak bisa menerima keyakinan Nabi Ibrahim yang mengatakan bahwa Tuhan yang harus disembah itu adalah Allah SWT, bukan patung-patung yang dibuat oleh ayahnya itu.
Kemudian orang-orang Quraisy seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dan yang lainnya yakin bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Lata, Uzza, dan Manna. Didalam Ka’bah penuh berbagai macam patung dan berhala yang dianggap sebagai Tuhan oleh orang-orang Quraisy. Mereka tidak bisa menerima ajaran Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan bahwa Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah SWT yang maha Esa.
Demikianlah didunia ini mereka yang sudah memeluk satu keyakinan seperti umat Nasrani, Budha, Hindu, konghucu, Majusi, Sinto, Atheis dan para penyembah Dewa, amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Mereka tidak bisa menerima ajaran yang mengatakan bahwa agama yang benar itu adalah Islam, Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah SWT. Mereka tetap kukuh dengan pendirian dan keyakinan mereka.
Mereka baru menyadari kekeliruan mereka nanti setelah datang kematian, dan tersingkaplah semua hijab yang menutup hati dan fikiran mereka selama ini. Ketika itu mereka berseru mohon pada Allah SWT agar dikembalikan hidup kedunia kembali, agar mereka bisa memperbaiki kekeliruan mereka selama ini, seperti disebutkan dalam surat Al-Muminun ayat 99-100 :
 





99). (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), 100). agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
(Al-Muminun : 99-100)

Hanya orang yang mau berfikir dan menggunakan akalnya dengan baik dan benar yang bisa keluar dari  keyakinan yang menipu itu. Agama Islam adalah agama bagi orang yang berakal dan mau berfikir. Salah satu keluhan orang kafir diakhirat nanti adalah seperti yang disebutkan dalam surat Al-Mulk ayat 10 :
 



10). Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk : 10)

Masih banyak jumlah umat manusia yang belum mengenal Islam didunia ini, 80% penduduk dunia yang berjumlah hampir 7 milyar ini masih tertipu oleh keyakinan yang mereka anut turun temurun dari nenek moyang mereka. Mereka menyangka apa yang mereka yakini itu sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa digugat lagi. Mereka hanya mengikuti tradisi dan kepercayaan leluhur mereka secara membabi buta. Hati mereka tertutup untuk menerima kebenaran Islam. Walaupun seruan dakwah sudah sampai kepada mereka.  Banyak juga diantara mereka yang menerima informasi yang keliru tentang islam, akhirnya malah kejangkitan Islam phobia. Mereka semakin jauh dari hidayah dan petunjuk. Inilah tantangan dakwah bagi umat Islam dewasa ini.

Kemewahan Dunia yang Menipu
Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Rasulullah SAW melihat seorang nenek tua yang bersolek memanggil-manggilnya. Beliau bertanya pada Malaikat jibril, ‘’siapakah wanita tua yang bersolek itu?’’. Malaikat Jibril menjelaskan, ‘’Itulah dunia, semakin tua ia kelihatan semakin menarik, banyak manusia yang tertipu olehnya’’.
Kemewahan dan kesenangan  hidup dunia sekarang ini betul-betul amat menggoda. Banyak orang yang tertipu, mereka ingin menikmati hidup selama-lamanya. Mereka yang sudah merasakan kenikmatan dunia umumnya lupa pada kehidupan akhirat. Rata-rata mereka cinta dunia dan takut  dengan kematian. Padahal Allah SWT telah mengingatkan dalam surat Al-Hadid ayat 20:

10). Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan tipuan (palsu).
(Al-Hadid : 10)

Bagi orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat kehidupan dunia ini tidak lebih berharga daripada bangkai seekor anak kambing yang sudah rusak. Rasulullah SAW mengumpamakan kehidupan dunia ini seperti bangkai anak kambing yang tidak berharga. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkisah, “Rasulullah SAW melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim no.7344)
Rasulullah SAW pun pernah bersabda:
 Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 686)

Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal mengetahui bahwa Allah SWT telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam dalam kesenangannya. Apakah lagi mereka mengetahui bahwa Rasulullah SAW hidup di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia. Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah SWT sebanyak-banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan yang melalaikan.
Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini :
 Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)

Banyak manusia yang tertipu oleh kehidupan dunia, mereka berfoya-foya menghabiskan harta dan waktunya untuk menimati kehidupan dunia, dan mereka lupa pada kehidupan akhirat. Seluruh waktu dan fikirannya tercurah untuk mendapatkan kekayaan dan harta dunia, mereka tidak punya waktu untuk beribadah dan mengerjakan amal saleh bagi kehidupan akhirat.
Mereka sudah menghabiskan semua rezekinya didunia ini untuk memuaskan hawa nafsunya, dan diakhirat mereka tidak mendapat apa-apa selain azab neraka sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 20 :
 







20). “Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka, kepada mereka dikatakan, ‘Kalian telah menghabiskan kesenangan hidup (rezeki yang baik-baik) kalian dalam kehidupan duniawi saja dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq dan karena kalian berbuat kefasikan”. (Al-Ahqaf : 20)

Orang yang tidak percaya pada kehidupan akhirat, menganggap kita hidup dan mati hanya karena proses alam saja. Setelah datang kematian maka selesailah semua masalah, karena itu mereka berusaha menikmati hidup ini sepuas-puasnya. Mereka merasa rugi kalau tidak bisa meraih sukses, kemenangan, kemuliaan dan kekayaan berlimpah didunia ini. Mereka mengerahkan semua energi dan kekuatannya untuk meraih sukses dan kemenangan dunia, dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak takut dengan dosa dan kesalahan, karena mereka tidak percaya akan adanya kehidupan akhirat.

Jangan Tertipu Kehidupan Dunia
Allah SWT telah banyak mengingatkan dalam-Al Qur’an agar kita hati-hati dan waspada terhadap tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan, salah satunya dalam surat Fathir ayat 5 :
 




5). Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (Fathir : 5)

Hiduplah didunia secara sederhana jangan berlebih-lebihan dalam kemewahan. Karena kemewahan dan kesenangan yang dinikmati itu bisa mematikan hati dan jiwa. Perbanyaklah ibadah dan dzikir pada Allah SWT, kumpulkan  bekal untuk kehidupan akhirat sebanyak-banyaknya dengan mengerjakan amal-amal soleh dan pekerjaan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Jauhkan diri dari perbuatan dosa dan hal-hal yang dimurkai Allah SWT, perbanyak istighfar mohon ampun atas berbagai dosa dan kesalahan. Ingat kehidupan akhirat lebih utama daripada kehidupan dunia. Dunia ini penuh kepalsuan dan kebohongan. Kehidupan dunia hanya kebidupan sementara dalam waktu yang terbatas sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi yang tidak ada batas akhirnya.
Bentengi diri dari tipu daya kehidupan dunia dengan berusaha memahami ajaran Islam secara benar. Perbaiki mutu shalat dengan berusaha untuk mengerti dan paham setiap ayat dan kalimat yang dibaca dalam shalat. Baca Al-Qur’an secara rutin setiap hari dengan berusaha memahami kandungan ayat-ayat tersebut. Perbanyak amal ibadah dzikir dan tasbih untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, agar Allah SWT memberikan pandangan batin yang luas dan dalam sehingga mampu membedakan antara yang haq dan bathil secara tepat.
Disamping tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan kita juga berhadapan dengan ajaran ajaran yang menyesatkan. Banyak dukun, paranormal berbaju kyai atau ustadz. Muncul aliran yang mengatas namakan Islam padahal kegiatannya tidak islami. Waspadalah dengan ajaran yang mengatas namakan Islam namun ajarannya menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah, seperti aliran Syi’ah, Ahmadiyah, LDII, NII, Kelompok Islam Radikal yang mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka, dan lain sebagainya. Berpegang teguhlah pada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena kelompok yang menyesatkan ini tidak akan pernah lenyap sampai hari kiamat, bahkan jumlahnya akan semakin membesar.
Orang yang beriman dan bertawakal serta berpegang teguh pada Al-Qur’an merupakan  kelompok minoritas dibumi ini. Jumlah umat Islam didunia hanya 20% dari populasi manusia didunia ini, itupun yang sungguh sungguh beriman dan bertakwa amatlah sedikit.  Sebagaimana banyak disebutkan dalam Al-Qur’an :
Qoliilan maa tu’minuun (sedikit sekali kamu yang beriman).
Qoliilan maa tasykurun (sedikit sekali kamu yang bersyukur).
Qoliilan maa tadzakkaruun (sedikit sekali kamu mengambil pelajaran).
Faqoliilan maa yu’minuun (maka sedikit sekali mereka yang beriman).

Sebagian besar manusia dalam keadaan tertipu dan tidak beriman pada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Jangan heran jika melihat sebagian besar manusia yang ada dibumi ini tidak beriman pada Allah SWT.  Lebih dari 80% penduduk bumi yang berjumlah 7 milyar ini  menyembah berhala, patung dan mempersekutukan Allah SWT. Sebagaimana banyak disebutkan dalam Al-Qur’an :
Wa lakinna aktsaronnasi laa ya’lamuun (kebanyakan manusia tidak tahu).
Aktsaronnaasi laa yasykurun (kebanyakan manusia tidak bersyukur).
Aktsaronnasi laa yu’minuun (kebanyakan manusia tidak beriman).
Aktsarohum laa ya’qiluun (kebanyakan mereka tidak paham).

Berhati-hatilah menghadapi tipu daya kehidupan dunia, masuklah kedalam kelompok minoritas, jangan tertarik pada kelompok mayoritas yang sebagian besar tertipu oleh kehidupan dunia.
Jangan tertarik dan kagum pada kekayaan berlimpah, kemewahan, dan kekuasaan  yang diberikan Allah SWT pada orang-orang yang tidak beriman itu, mereka itu semuanya berada dalam keadaan tertipu sebagaimana diingatkan Allah SWT dalam surat Thaha ayat 131 :






131). Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha : 131)


Orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat paham betul dengan sifat dunia yang menipu. Mereka tidak tertarik pada kemewahan dan keindahan dunia. Mereka lebih mengutamakan mencari keridhaan Allah SWT dengan mematuhi perintah dan larangannya. Mereka rela mengorbankan kehidupan dunianya untuk mendapatkan  kehormatan dan kemuliaan hidup di akhirat.