Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan
dunia ini penuh dengan tipuan, kebohongan dan kepalsuan. Apa yang terlihat
indah belum tentu indah dijalani demikian pula apa yang terlihat buruk belum tentu
buruk ketika dijalani. Banyak orang yang tertipu
dalam menjalani kehidupan dunia ini akhirnya hidup
dalam penderitaan, kemelut, dan stress berkepanjangan yang tidak pernah
berakhir.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah mengingatkan
pada kita tentang tipuan dan kepalsuan kehidupan dunia ini, agar kita
hati hati dan waspada menghadapinya. Antara lain dalam surat Al-Hadid ayat 20 :
20). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia
ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(Al-Hadid : 20)
Kehidupan Dunia Hanya Permainan
Dalam surat Al-Hadid ayat 20 diatas Allah SWT menegaskan
bahwa kehidupan dunia ini hanyalah perrmainan, senda gurau, perhiasan, dan
berlomba banyak tentang harta dan anak-anak. Perumpamaannya seperti tanaman-tanaman
yang tumbuh subur menghijau mengagumkan para petani, kemudian menjadi kuning
layu dan hancur. Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, kehidupan
dunia ini hanyalah kesenangan sementara, kesenangan fatamorgana.
Kehidupan dunia ini diperlihatkan indah bagi orang
yang kafir dan tidak beriman pada Allah SWT dan kehidupan akhirat. Orang yang
kurang ilmunya dan condong mengikuti hawa nafsunya, lebih mengutamakan
kehidupan dunia daripada akhirat. Mereka asyik dengan permainan dan kesenangan
dunia yang bersifat hanya sementara ini. Mereka tidak peduli dengan kehidupan
akhirat. Umumnya mereka baru menyadari kekeliruannya jika nyawa sudah sampai di
tenggorokan.
Dunia Tempat Singgah Sementara
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kehidupan
dunia ini hanyalah kehidupan sementara. Kehidupan yang sebenarnya adalah
kehidupan diakhirat kelak. Kehidupan dunia dibandingkan kehidupan akhirat
tidaklah ada artinya. Rasulullah SAW mengatakan perbandingan kehidupan dunia
dengan akhirat diumpamakan seperti seorang yang pergi ketepi pantai kemudian
mencelupkan telunjuknya kedalam air laut. Maka air yang melekat
ditelunjuknya itulah perumpamaan hidup didunia dan air yang
tertinggal dilautan itulah perumpamaan kehidupan akhirat.
Sungguh perbandingan yang amat mencolok.
Kita hidup di dunia dibatasi oleh ruang dan
waktu, mulai sejak dilahirkan dan berakhir sampai
kita wafat, paling lama 90 atau 100 tahun. Kemampuan
kitapun amat terbatas semakin tua kita semakin lemah. Sedang kehidupan akhirat
dimulai sejak kita wafat sampai waktu yang tidak ada akhirnya (abadi).
Walaupun demikian sedikit sekali orang yang memahami
hal itu, sebagian besar penduduk dunia ini lebih mengutamakan kehidupan dunia
dari pada akhirat. Seluruh hidupnya tercurah untuk mencari harta, kekayaan,
kesenangan, dan kenikmatan hidup dunia, mereka tidak peduli dengan
kehidupan akhirat. Mereka menganggap kehidupan akhirat hanyalah hayalan kosong
saja. Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surat Al-Insan ayat 27 :
27). Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai
kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang
berat (hari akhirat).
(Al-Insan : 27)
Sebagian besar manusia lebih tertarik mengumpulkan
harta dan kekayaan sebanyak- banyaknya daripada mengumpulkan amal ibadah untuk
kehidupan akhirat. Mereka mencari harta dan kekayaan dengan menghalalkan segala
cara tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak peduli dengan kehidupan
akhirat. Mereka inilah kelompok orang yang tertipu oleh kehidupan dunia. Sikap
kehati-hatian Rasulullah SAW dalam menghadapi kehidupan dunia bisa kita lihat
dari beberapa riwayat berikut ini.
Suatu ketika Ibnu Mas’ud r.a. melihat Rasulullah SAW tidur
di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut
meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para shahabat yang menyaksikan
hal itu, “Wahai Rasulullah SAW, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur
yang empuk !” Beliau menjawab :
“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini
tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan dibawah
pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2377,
dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi)
Umar ibnul Khaththab r.a. pernah menangis melihat
kesahajaan Rasulullah SAW sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar
tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku melihat bekas tikar dilambung/rusuk beliau, maka
aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu
menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra (raja Persia, –pent.)
dan Kaisar (raja Romawi –pent.) berada dalam kemegahannya, sementara engkau
adalah utusan Allah”. Beliau menjawab: “Tidakkah engkau ridha mereka
mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari No. 4913
dan Muslim No. 3676)
Dalam kesempatan yang sama, Umar ibnul Khaththab r.a.
berkata kepada Rasulullah SAW:
“Mohon engkau wahai Rasulullah berdoa kepada Allah agar
Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan
(memberi kemegahan) kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Rasulullah meluruskan duduknya, kemudian
berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu
adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan (kenikmatan hidup/rezeki yang
baik- baik) mereka di dalam kehidupan dunia?” (HR. Al-Bukhari no. 5191 dan
Muslim no. 3679)
Demikianlah nilai dunia, bagi orang yang beriman.
Orang yang bertakwa mengarungi dunia dengan hati-hati mereka enggan untuk
tenggelam di dalamnya, mereka sadar bahwa dunia ini hanyalah tempat hidup
sementara, persinggahan atau tempat penyeberangan. Di ujung sana
menanti kehidupan yang abadi yang keutamaannya tidak bisa
dibandingkan dengan kehidupan dunia.
Pada hari berbangkit nanti manusia merasa bahwa mereka
hanya tinggal didunia sebentar saja. Kehidupan didunia terasa amat singkat
seperti sekejap mata saja dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal dan
abadi. Hal ini dinyatakan dalam surat An-Nazi’at ayat 46 :
46). Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu,
mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di
waktu sore atau pagi hari.
(An-Nazi’at : 46)
Orang yang beriman lebih mementingkan kehidupan
akhirat daripada kehidupan dunia. Mereka selalu awas dan waspada terhadap
berbagai jebakan dan tipuan dunia, yang dapat menghancurkan kehidupan
mereka di akhirat nanti.
Keyakinan yang Menipu
Sebuah kebohongan dan kebathilan jika sudah tertanam
didalam fikiran bawah sadar seseorang, sulit untuk dikoreksi. Dibutuhkan usaha
ekstra ketat dan ulet untuk membongkar kekeliruan itu. Mereka yang tidak mau
berfikir dan menggunakan akalnya dengan baik akan terus terlena dalam
kebohongan dan kebathilan itu.
Apa yang tertanam didalam fikiran bawah sadar
merupakan kebenaran mutlak bagi setiap orang. Terlepas apakah paham mereka itu
salah atau benar, baik atau buruk. Bagi mereka apa yang diyakini dalam bawah
sadar itulah kebenaran yang harus dibela dan dipertahankan. Disinilah munculnya
keyakinan yang menipu. Sangat sulit menyadarkan manusia dari keyakinan yang
keliru dan menipu ini. Tanpa hidayah dan bimbingan Allah SWT seseorang tidak
akan bisa keluar dari keyakinannya yang keliru itu.
Seseorang yang sudah ditanamkan keyakinan bahwa Yesus
adalah anak Tuhan dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Tuhan, atau
seorang penyembah berhala dan Tuhan-tuhan lainnya selain Allah SWT amat sulit
untuk keluar dari keyakinannya itu. Bagi setiap orang apa yang sudah tertanam
didalam alam bawah sadarnya adalah kebenaran mutlak, tidak peduli
apakah keyakinannya itu benar atau salah.
Misalnya Azar ayah Nabi Ibrahim, yakin
bahwa patung yang dibuatnya itulah Tuhan yang harus disembah. Keyakinan ini
sudah tertanam didalam fikiran bawah sadarnya sejak masa kanak-kanak. Ketika
Nabi Ibrahim mengingatkan bahwa keyakinannya itu keliru, ia marah besar pada
Nabi Ibrahim. Azar tidak bisa menerima keyakinan Nabi Ibrahim yang mengatakan
bahwa Tuhan yang harus disembah itu adalah Allah SWT, bukan patung-patung yang
dibuat oleh ayahnya itu.
Kemudian orang-orang Quraisy seperti Abu Jahal, Abu Lahab,
dan yang lainnya yakin bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Lata, Uzza, dan
Manna. Didalam Ka’bah penuh berbagai macam patung dan berhala yang dianggap
sebagai Tuhan oleh orang-orang Quraisy. Mereka tidak bisa menerima ajaran Nabi
Muhammad SAW yang menyampaikan bahwa Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah
SWT yang maha Esa.
Demikianlah didunia ini mereka yang sudah memeluk satu
keyakinan seperti umat Nasrani, Budha, Hindu, konghucu, Majusi, Sinto, Atheis
dan para penyembah Dewa, amat sulit untuk keluar dari keyakinannya itu. Mereka
tidak bisa menerima ajaran yang mengatakan bahwa agama yang benar itu adalah
Islam, Tuhan yang patut disembah itu adalah Allah SWT. Mereka tetap kukuh
dengan pendirian dan keyakinan mereka.
Mereka baru menyadari kekeliruan mereka nanti setelah
datang kematian, dan tersingkaplah semua hijab yang menutup hati dan fikiran
mereka selama ini. Ketika itu mereka berseru mohon pada Allah SWT agar
dikembalikan hidup kedunia kembali, agar mereka bisa memperbaiki kekeliruan
mereka selama ini, seperti disebutkan dalam surat Al-Muminun ayat 99-100 :
99). (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu),
hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya
Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), 100). agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari
mereka dibangkitkan.
(Al-Muminun : 99-100)
Hanya orang yang mau berfikir dan menggunakan
akalnya dengan baik dan benar yang bisa keluar dari keyakinan yang
menipu itu. Agama Islam adalah agama bagi orang yang berakal dan mau berfikir.
Salah satu keluhan orang kafir diakhirat nanti adalah seperti yang disebutkan
dalam surat Al-Mulk ayat 10 :
10). Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan
atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Al-Mulk : 10)
Masih banyak jumlah umat manusia yang belum mengenal
Islam didunia ini, 80% penduduk dunia yang berjumlah hampir 7 milyar ini masih
tertipu oleh keyakinan yang mereka anut turun temurun dari nenek moyang mereka.
Mereka menyangka apa yang mereka yakini itu sebagai kebenaran mutlak yang tidak
bisa digugat lagi. Mereka hanya mengikuti tradisi dan kepercayaan leluhur
mereka secara membabi buta. Hati mereka tertutup untuk menerima kebenaran
Islam. Walaupun seruan dakwah sudah sampai kepada mereka. Banyak
juga diantara mereka yang menerima informasi yang keliru tentang islam,
akhirnya malah kejangkitan Islam phobia. Mereka semakin jauh dari hidayah dan
petunjuk. Inilah tantangan dakwah bagi umat Islam dewasa ini.
Kemewahan Dunia yang Menipu
Dalam perjalanan Isra Mi’raj, Rasulullah SAW melihat
seorang nenek tua yang bersolek memanggil-manggilnya. Beliau bertanya pada
Malaikat jibril, ‘’siapakah wanita tua yang bersolek itu?’’. Malaikat Jibril
menjelaskan, ‘’Itulah dunia, semakin tua ia kelihatan semakin menarik, banyak
manusia yang tertipu olehnya’’.
Kemewahan dan kesenangan hidup dunia
sekarang ini betul-betul amat menggoda. Banyak orang yang tertipu, mereka ingin
menikmati hidup selama-lamanya. Mereka yang sudah merasakan kenikmatan dunia
umumnya lupa pada kehidupan akhirat. Rata-rata mereka cinta dunia dan
takut dengan kematian. Padahal Allah SWT telah mengingatkan dalam
surat Al-Hadid ayat 20:
10). Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan
tipuan (palsu).
(Al-Hadid : 10)
Bagi orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan
akhirat kehidupan dunia ini tidak lebih berharga daripada bangkai seekor anak
kambing yang sudah rusak. Rasulullah SAW mengumpamakan kehidupan dunia ini
seperti bangkai anak kambing yang tidak berharga. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkisah, “Rasulullah SAW
melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi
bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau
memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata:
“Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing
ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin
memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan
bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata,
“Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi
Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat,
kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,”
jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini
lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.”
(HR. Muslim no.7344)
Rasulullah SAW pun pernah bersabda:
“Seandainya dunia punya
nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya
Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR.
At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam
Ash-Shahihah no. 686)
Tatkala orang-orang yang utama, mulia lagi berakal
mengetahui bahwa Allah SWT telah menghinakan dunia, mereka pun enggan untuk tenggelam
dalam kesenangannya. Apakah lagi mereka mengetahui bahwa Rasulullah SAW hidup
di dunia penuh kezuhudan dan memperingatkan para shahabatnya dari fitnah dunia.
Mereka pun mengambil dunia sekedarnya dan mengeluarkannya di jalan Allah SWT
sebanyak-banyaknya. Mereka ambil sekedar yang mencukupi dan mereka tinggalkan
yang melalaikan.
Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin
Umar radhiyallahu ‘anhuma, sambil memegang pundak iparnya ini :
“Jadilah engkau di
dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat
(musafir).” (HR. Al-Bukhari no. 6416)
Banyak manusia yang tertipu oleh kehidupan dunia,
mereka berfoya-foya menghabiskan harta dan waktunya untuk menimati kehidupan
dunia, dan mereka lupa pada kehidupan akhirat. Seluruh waktu dan
fikirannya tercurah untuk mendapatkan kekayaan dan harta dunia, mereka tidak
punya waktu untuk beribadah dan mengerjakan amal saleh bagi kehidupan akhirat.
Mereka sudah menghabiskan semua rezekinya didunia ini
untuk memuaskan hawa nafsunya, dan diakhirat mereka tidak mendapat apa-apa
selain azab neraka sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 20 :
20). “Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir
dihadapkan ke neraka, kepada mereka dikatakan, ‘Kalian telah menghabiskan
kesenangan hidup (rezeki yang baik-baik) kalian dalam kehidupan duniawi saja
dan kalian telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kalian dibalas
dengan adzab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka
bumi tanpa haq dan karena kalian berbuat kefasikan”. (Al-Ahqaf : 20)
Orang yang tidak percaya pada kehidupan akhirat,
menganggap kita hidup dan mati hanya karena proses alam saja. Setelah datang
kematian maka selesailah semua masalah, karena itu mereka berusaha menikmati
hidup ini sepuas-puasnya. Mereka merasa rugi kalau tidak bisa meraih sukses,
kemenangan, kemuliaan dan kekayaan berlimpah didunia ini. Mereka mengerahkan
semua energi dan kekuatannya untuk meraih sukses dan kemenangan dunia, dengan
menghalalkan segala cara. Mereka tidak takut dengan dosa dan kesalahan, karena
mereka tidak percaya akan adanya kehidupan akhirat.
Jangan Tertipu Kehidupan Dunia
Allah SWT telah banyak mengingatkan dalam-Al Qur’an agar
kita hati-hati dan waspada terhadap tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan,
salah satunya dalam surat Fathir ayat 5 :
5). Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah
benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan
sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang
Allah. (Fathir : 5)
Hiduplah didunia secara sederhana jangan berlebih-lebihan
dalam kemewahan. Karena kemewahan dan kesenangan yang dinikmati itu bisa
mematikan hati dan jiwa. Perbanyaklah ibadah dan dzikir pada Allah SWT,
kumpulkan bekal untuk kehidupan akhirat sebanyak-banyaknya dengan
mengerjakan amal-amal soleh dan pekerjaan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Jauhkan diri dari perbuatan dosa dan hal-hal yang
dimurkai Allah SWT, perbanyak istighfar mohon ampun atas berbagai dosa dan
kesalahan. Ingat kehidupan akhirat lebih utama daripada kehidupan dunia. Dunia
ini penuh kepalsuan dan kebohongan. Kehidupan dunia hanya kebidupan sementara
dalam waktu yang terbatas sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi
yang tidak ada batas akhirnya.
Bentengi diri dari tipu daya kehidupan dunia dengan
berusaha memahami ajaran Islam secara benar. Perbaiki mutu shalat dengan
berusaha untuk mengerti dan paham setiap ayat dan kalimat yang dibaca dalam
shalat. Baca Al-Qur’an secara rutin setiap hari dengan berusaha memahami
kandungan ayat-ayat tersebut. Perbanyak amal ibadah dzikir dan tasbih untuk
mendekatkan diri pada Allah SWT, agar Allah SWT memberikan pandangan batin yang
luas dan dalam sehingga mampu membedakan antara yang haq dan bathil secara
tepat.
Disamping tipu daya kehidupan dunia yang melalaikan
kita juga berhadapan dengan ajaran ajaran yang menyesatkan. Banyak dukun,
paranormal berbaju kyai atau ustadz. Muncul aliran yang mengatas namakan Islam
padahal kegiatannya tidak islami. Waspadalah dengan ajaran yang mengatas
namakan Islam namun ajarannya menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah, seperti
aliran Syi’ah, Ahmadiyah, LDII, NII, Kelompok Islam Radikal yang
mengkafirkan orang yang tidak sepaham dengan mereka, dan lain sebagainya.
Berpegang teguhlah pada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena kelompok yang menyesatkan
ini tidak akan pernah lenyap sampai hari kiamat, bahkan jumlahnya akan semakin
membesar.
Orang yang beriman dan bertawakal serta berpegang
teguh pada Al-Qur’an merupakan kelompok minoritas dibumi ini. Jumlah umat
Islam didunia hanya 20% dari populasi manusia didunia ini, itupun yang sungguh
sungguh beriman dan bertakwa amatlah sedikit. Sebagaimana banyak
disebutkan dalam Al-Qur’an :
Qoliilan maa tu’minuun (sedikit sekali kamu yang beriman).
Qoliilan maa tasykurun (sedikit sekali kamu yang bersyukur).
Qoliilan maa tadzakkaruun (sedikit sekali kamu mengambil pelajaran).
Faqoliilan maa yu’minuun (maka sedikit sekali mereka yang beriman).
Sebagian besar manusia dalam keadaan tertipu dan tidak
beriman pada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Jangan heran
jika melihat sebagian besar manusia yang ada dibumi ini tidak beriman pada
Allah SWT. Lebih dari 80% penduduk bumi
yang berjumlah 7 milyar ini menyembah berhala, patung dan mempersekutukan
Allah SWT. Sebagaimana banyak disebutkan dalam Al-Qur’an :
Wa lakinna aktsaronnasi laa ya’lamuun (kebanyakan manusia tidak tahu).
Aktsaronnaasi laa yasykurun (kebanyakan manusia tidak bersyukur).
Aktsaronnasi laa yu’minuun (kebanyakan manusia tidak beriman).
Aktsarohum laa ya’qiluun (kebanyakan mereka tidak paham).
Berhati-hatilah menghadapi tipu daya kehidupan dunia,
masuklah kedalam kelompok minoritas, jangan tertarik pada kelompok mayoritas
yang sebagian besar tertipu oleh kehidupan dunia.
Jangan tertarik dan kagum pada kekayaan berlimpah,
kemewahan, dan kekuasaan yang diberikan Allah SWT pada orang-orang yang
tidak beriman itu, mereka itu semuanya berada dalam keadaan tertipu sebagaimana
diingatkan Allah SWT dalam surat Thaha ayat 131 :
131). Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu
adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha : 131)
Orang yang beriman pada Allah SWT dan kehidupan
akhirat paham betul dengan sifat dunia yang menipu. Mereka tidak tertarik pada
kemewahan dan keindahan dunia. Mereka lebih mengutamakan mencari keridhaan
Allah SWT dengan mematuhi perintah dan larangannya. Mereka rela mengorbankan
kehidupan dunianya untuk mendapatkan kehormatan dan kemuliaan hidup
di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar